isra mi'raj
PENULIS,
ABI ABD.RAHMAN ALHADI S.PDI
PENGASUH, PONDOK PESANTREN SABILUL MUTTAQIN, BASIRIH HULU SAMUDA, KO-TIM
KAL-TENg
TERJEMAH DARDIR KISAH ISRA’ MI’ROJ lil Imam Najmiddin
Al Ghoithy
Pada suatu ketika, saat malam telah
tiba. Kerlap-kerlip bintang di langit cerah menjadi pesona yang begitu
berharga. Menjadi saksi akan kemuliaan seorang manusia. Saat itu bertepatan
tanggal 27 Rojab 11 kenabian, Nabiullah Muhammad SAW beristirahat. Tidur
menyamping di samping Hijir Ismail. Dekat Baitullah. Di samping kanan dan kiri
beliau ada dua orang pemuda (Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Ja’far bin Abi
Tholib). Tiba-tiba di tempat tersebut, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril
dan Mikail. Selain kedua malaikat itu masih ada satu malaikat lagi, yaitu
Malaikat Isrofil. Kemudian ketiga malaikat itu membopong Nabiullah Muhammad
hingga sumur Zam-Zam.
Lantas Nabiullah Muhammad ditelentangkan di
sana. Adapun yang menjadi penanggung jawabnya adalah Malaikat Jibril.Di dalam
sebuah riwayat lain dijelaskan bahwa: tiba-tiba atap rumah saya tersingkap.
Lantas Malikat Jibril masuk. Setelah itu Jibril membedah/mengoperasi dada
Nabiullah Muhammad. Dimulai dari bawahnya leher hingga sampai di bawahnya
perut. Malaikat Jibril kemudian berucap kata kepada Malaikat Mikail: “Ambillah
bokor emas yang berisikan air Zam-Zam. Saya hendak menyucikan hati dan batinnya
(manah) Nabiullah Muhammad SAW. ” Setelah itu, Malikat Jibril mengeluarkan
hatinya Nabiullah Muhammad SAW sampai tiga kali. Dan membuang semua kotoran
yang terdapat di dalam batin Kanjeng Nabi. Adapun Malikat Mikail mondar-mandir
sambil membawa tiga bokor emas yang di dalamnya berisikan air Zam-Zam.
Setelah melakukan semua hal itu,
kemudian membawa bokor emas yang isinya penuh dengan hikmah dan iman.
Selanjutnya isi bokor tersebut ditumpahkan ke dalam hatinya Kajeng Nabi hingga
batin beliau berisi penuh dengan sifat: sabar, alim, yakin, dan islam. Lantas
dikembalikan seperti sediakala. Dan diberikan gelar kenabian oleh kedua
malaikat tersebut.
Selanjutnya Kanjeng Nabi Muhammad
disediakan kendaraan Buroq. Lengkap dengan pelana dan kendalinya. Buroq adalah
sejenis hewan yang berbuluh putih, tinggi melebihi Himar dan lebih pendek dari
Bighol. Sekali melangkahkan kakinya. Sejauh mata memandang. Kedua telinganya
selalu bergerak-gerak.Saat naik gunung, kedua sukunya yang belakang memanjang.
Dan saat turun gunung, kedua sukunya yang depan memanjang. Buroq itu memiliki
sepasang sayap di kedua pupuhnya. Kedua sayap itu berfungsi untuk membantu
kecepatan larinya. Buroq berjingkrak-jingkrak memperlihatkan kekuatannya.
Lantas Jibril meletakkan kedua tangannya tepat di kepala Buroq. Dan berkata:
“Tidakkah kamu malu, wahai Buroq? Demi Allah! Orang yang hendak menaikimu ini
adalah orang yang paling mulia di hadapan Allah SWT.” Lantas Buroq tersipu malu
hingga keringatnya berkucuran laksana rerintik hujan. Dan dia pun tenang.
Hingga Kanjeng Nabi naik di atas punggungnya.Buroq
itu sebenarnya sudah pernah dinaiki oleh para nabi sebelum Nabiullah Muhammad
SAW. Sa’id bin Musayyap menjelaskan bahwa: “Buroq itu merupakan kendaraannya
Nabi Ibrahim AS yang biasanya dinaiki untuk bepergian ke Baitul Haram (Mekah)”.Selanjutnya
Nabiullah Muhammad berangkat dengan didampingi Malikat Jibril di sebelah kanan
dan Malikat Mikail di sebelah kiri. Menurut keterangan Ibnu Sa’id: “Jibril
bagian memegang tempat duduknya, Mikail memegang tali kendalinya”Setelah itu
kembali melanjutkan perjalanannya hingga sampai di kebun kurma. Jibril berkata
kepada Kanjeng Nabi: “Saya persilahkan Kanjeng Nabi untuk turun, dan
bersedialah kiranya untuk mengerjakan shalat di tempat ini.” Selanjutnya
Kanjeng Nabi turun dan mengerjakan shalat sunnat dua rakaat. Kemudian berangkat
lagi. Jibril bertanya kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda Rasul, di
tempat manakah Baginda Rasul mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi menjawab:
“Saya tidak tahu.” Jibril berkata: “Baginda tadi shalat di Thoyyibah (Madinah)
……Di tempat itulah kelak Baginda Rasul akan berhijrah.”
Tidak lama kemudian Buroq berangkat
lagi dengan kecepatannya yang sangat kencang. Begitu sekali melangkahkan
kakinya, sejauh mata memandang. Laksana kilatan halilintar sudah sampai tempat
tujuan. Jibril berkata kepada Kanjeng Nabi: “Saya persilahkan Kanjeng Nabi
untuk turun, dan bersedialah kiranya untuk mengerjakan shalat di tempat ini.” Selanjutnya
Kanjeng Nabi turun dan mengerjakan shalat sunnat dua rakaat. Kemudian berangkat
lagi. Jibril bertanya kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda Rasul, di
tempat manakah Baginda mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi menjawab: “Saya
tidak tahu.” Jibril berkata: “Baginda tadi mengerjakan shalat di Madin di dekat
Sajaroh Musa (pohon tempat Nabi Musa berteduh ketika keluar dari Mesir, sebab
dikejar-kejar Raja Fir’un).”
Lantas Kanjeng Nabi berangkat
kembali: Buroq berlari dengan kencangnya. Dan berhentilah kembali. Jibril pun
berkata: “Saya persilahkan Kanjeng Nabi untuk turun, dan bersedialah untuk
mengerjakan shalat di tempat ini.” Selanjutnya Kanjeng Nabi turun dan
mengerjakan shalat sunnat dua rakaat. Kemudian berangkat lagi. Jibril bertanya
kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda Rasul, di tempat manakah Baginda
mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi menjawab: “Saya tidak tahu.” Jibril
berkata: “Baginda tadi shalat di Bukit Thursina. Tempat munajatnya Nabi Musa AS
dan tempat Nabi Musa AS beraudensi dengan Allah SWT.”Terus Kanjeng Nabi
melanjutkan perjalanannya kembali hingga tiba di tanah yang terlihat bangunan
gedung-gedung Negeri Syam berdiri kokoh. Jibril berkata: “Saya persilahkan
Kanjeng Nabi untuk turun, dan bersedialah untuk mengerjakan shalat di tempat
ini.” Selanjutnya Kanjeng Nabi turun dan mengerjakan shalat sunnat dua rakaat.
Kemudian berangkat lagi. Buroq berlari kencang. Larinya laksana
menyambar-nyambar. Jibril bertanya kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda
Rasul, di tempat manakah Baginda mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi
menjawab: “Saya tidak tahu.” Jibril berkata: “Baginda tadi shalat di Betlehem,
tanah tempat Nabi Isa dilahirkan.”
Dan di tengah-tengah perjalanan,
saat Kanjeng Nabi masih berada di atas punggung Buroq. Tiba-tiba Kanjeng Nabi
melihat Jin Iffrit (Jin yang jahat). Yang bergegas mengikuti Kanjeng Nabi
dengan membawa sebuah obor. Setiap kali Kanjeng Nabi menoleh ke belakang, Jin
Iffrit terlihat masih ada. Selanjutnya Jibril berkata: “Apakah Baginda Rasul
menginginkan saya untuk mengajari baginda kalimat-kalimat, apabila
kalimat-kalimat itu Baginda baca, tentu akan padam obor tersebut dan Iffrit
akan tersungkur.”
Menjawab Kanjeng Nabi: :……Silahkan.” dan Jibril pun akhirnya berkata: :……Baginda Rasul saya persilahkan untuk membaca: Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mulia. Dan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Yang tidak dapat dilanggar oleh orang-orang shalih dan jahat. Serta dari bala’-kejahatan yang turun dari langit. Dan bahaya kejahatan yang naik ke langit. Pun dari kejahatan makhluk melata di bumi. Dan dari kejahatan hewan-hewan yang keluar dari dalam bumi (seperti ular, kalajengking, dan sebagainya). Serta dari bahaya fitnah-godaan di waktu malam dan siang tiba. Pun dari bencana yang datangnya tiba-tiba ketika waktu siang dan malam. Kecuali apabila datang sesuatu yang membawa rahmat-kesehatan. Wahai Dzat yang Maha Pengasih.” Dan akhirnya Jin Iffrit pun tersungkur.
Menjawab Kanjeng Nabi: :……Silahkan.” dan Jibril pun akhirnya berkata: :……Baginda Rasul saya persilahkan untuk membaca: Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mulia. Dan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Yang tidak dapat dilanggar oleh orang-orang shalih dan jahat. Serta dari bala’-kejahatan yang turun dari langit. Dan bahaya kejahatan yang naik ke langit. Pun dari kejahatan makhluk melata di bumi. Dan dari kejahatan hewan-hewan yang keluar dari dalam bumi (seperti ular, kalajengking, dan sebagainya). Serta dari bahaya fitnah-godaan di waktu malam dan siang tiba. Pun dari bencana yang datangnya tiba-tiba ketika waktu siang dan malam. Kecuali apabila datang sesuatu yang membawa rahmat-kesehatan. Wahai Dzat yang Maha Pengasih.” Dan akhirnya Jin Iffrit pun tersungkur.
Kemudian Kanjeng Nabi melanjutkan
perjalanannya kembali hingga tiba di sebuah umat yang saat itu sedang bercocok
tanam. Namun anehnya, tanaman yang baru saja ditanam itu dengan seketika bisa
dipanen. Setiap kali dipanen, tanaman itu langsung kembali seperti semula.
Kanjeng Nabi bertanya kepada Malikat Jibril: “Apa maksudnya dari semua itu?”
Jibril menjawab: “Semua itu merupakan contoh dari umat Baginda Rasul yang
berjihad berjuang fi sabilillah. Satu amal shalih akan dilipat gandakan
pahalanya hingga tujuh ratus kebaikan …… Serta contohnya orang-orang yang suka
berinfaq harta benda, tenaga, dan pikirannya guna menyiarkan agama islam. Semua
itu adalah sebagai ganti dari Allah SWT.
Selanjutnya Kanjeng Nabi mencium
aroma yang sangat sedap keharumannya. Kanjeng Nabi bertanya: “Jibril, aroma
harum apakah ini?” Jibril menimpali: “Ini adalah aroma harum Ibu Masyitoh.
Seorang wanita yang bekerja sebagai juru sisir Raja Fir’un dan putri-putrinya.
Suatu ketika, Masyito menyisir rambut putrinya Raja Fir’un. Tiba-tiba sisirnya
terjatuh. Dengan sepontan Ibu Masyitoh bibirnya mengucap: ….. Dengan menyebut
nama Allah, dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Celakalah Fir’un.” Putri
Fir’un mendengar ucapan itu. Dia terkejut dan bertanya: “Apakah kamu mempunyai
tuhan selain Bapak saya?” Masyitoh menjawab: “Ya!”. Putri Fir’un bertanya
kembali: “Beranikah kamu, saya laporkan kepada bapak saya atas apa yang baru
saja kamu ucapkan?” Masyitoh menjawab: “Silahkan!” Lantas Putri Raja Fir’un
tersebut melaporkan semua perkataan yang telah diucapkan Masyitoh kepada Raja
Fir’un. Selanjutnya Fir’un memanggil Msyitoh untuk menghadap dan bertanya:
“Apakah kamu mempunyai tuhan selain saya?” Kemudian Masyitoh pun menjawabnya
dengan tegas: “Iya, benar. Tuhan saya dan tuhan Baginda Raja itu adalah Allah
SWT.”
Dewi Msyitoh itu memiliki dua putra
laki-laki dan seorang suami. Setelah itu Raja Fir’un memanggil ke hadapannya
dengan maksud ingin membujuk dan mempengaruhi agar Masyitoh dan suaminya
berkenan meninggalkan agamanya. Namun Masyitoh dan suaminya tetap tidak mau
murtad (menolaknya). Fir’un kemudian berkata: “Kalau begitu, saya akan
benar-benar menghukum mati kalian berdua!” Dewi Msyitoh menjawabnya: “Silahkan!
Saya hanya meminta yang terbaik dari Baginda Raja. Apabila kami semua jadi
dibunuh, saya berharap agar ditempatkan dalam satu tempat yang sama dan dikubur
dalam satu kuburan yang sama pula.” Fir’un membalasnya: “Ini jadi hakmu. Saya
akan melaksanakannya.” Raja Fir’un lalu memberi perintah agar segera menyiapkan
ke’nce’ng dembogo (penggorengan yang terbuat dari tembaga yang sagat besar).
Dan diisi dengan minyak Zaitun. Pun dipanaskan hingga mendidih. Selanjutnya
Raja Fir’un memerintahkan agar Masyitoh beserta putra-putrinya segera dimasukan
ke dalam tempat penggorengan tersebut.
Tidak lama kemudian, mereka semua di
masukkan satu persatu hingga anaknya yang masih bayi dan baru berumur delapan
bulan. Saat itu hati Dewi Masyito sempat ragu-ragu, keimanannya goyah. Lantas
bayi yang masih menyusu itu berkata: “Wahai Ibuku! Bersedialah Ibu untuk segera
mencelupkan diri. Janganlah maju-mundur, karena sesungguhnya Ibu itu memegang teguh
sebuah kebenaran.” Selanjutnya Masyito beserta putra-putrinya dimasukkan ke
dalam tempat penggorengan yang mendidih tersebut.Perowi hadits berkata: “Bayi
yang sudah sanggup berbicara semenjak ia berada di dalam ayunan itu ada empat:
1) Bayinya Dewi Masyitoh, 2) Bayi yang menjadi saksinya Nabi Yusuf, 3) Bayi
saksinya Juraij, 4) Bayi Nabi Isa bin Maryam AS.”Lantas Kanjeng Nabi
melanjutkan perjalanannya kembali. Dalam perjalanan berikutnya, beliau bertemu
dengan sekelompok orang yang memukul-mukul kepalanya sendiri dengan palu godam
hingga kepalanya pecah. Tidak lama kemudian kepala tersebut kembali utuh
seperti sediakala.
Kemudian orang-orang tersebut
kembali memukulinya lagi dengan tiada henti-hentinya. Kanjeng Nabi bertanya:
“Jibril, siapa orang-orang tersebut?” Jibril menjawab: “Mereka adalah gambaran
dari orang-orang yang berat dan bermalas-malasan dalam mengerjakan shalat
maktubah.”Setelah itu, Kanjeng Nabi meneruskan perjalanannya hingga bertemu
dengan sekelompok orang yang semuanya setengah telanjang (hanya bercawat.
Sekedar menutupi kemaluannya saja) yang digembalakan seperti unta dan kambing
(digiring). Orang-orang tersebut memakan tumbuh-tumbuhan yang berduri dan
Zakum. Bara dan batu mengangah dari neraka Jahannam. Kanjeng Nabi bertanya:
“Siapa orang-orang tersebut?” Jibril menjawab: “Mereka adalah contoh dari
sebagian umat Baginda Rasul yang sudah waktunya mengeluarkan zakat namun enggan
mengeluarkan zakat. Yang seperti itu, bukanlah Allah yang menyengsarakannya,
(namun akibat dari perbuatannya sendiri yang menyengsarakannya).”Lantas Kanjeng
Nabi meneruskan perjalanannya kembali. Kemudian bertemulah beliau dengan
sekelompok orang yang jumlahnya sangatlah banyak. Mereka menunggu daging matang
yang masih segar yang berada di dalam kuwali (cawan besar) dan daging lain yang
masih mentah serta busuk. Anehnya, orang-orang tersebut memakan daging yang
busuk dan meninggalkan daging yang matang lagi enak. Kanjeng Nabi berkata:
“Siapa mereka ya Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah contohnya orang laki-laki
dari umat Baginda Rasul yang sudah memiliki istri yang halal dan bagus, namun
masih saja melakukan perbuatan zinah dengan wanita lain yang tidak halal serta
buruk. Hingga lelaki tersebut menidurinya sampai pagi tiba. Serta contohnya
seorang wanita yang sudah mempunyai suami halal dan baik, namun masih saja
melakukan perbuatan zinah dengan lelaki lain yang buruk.
Serta tidur bersama lelaki tersebut
hingga pagi tiba.”Kanjeng Nabi meneruskan kembali perjalanannya lantas bertemu
dengan sebatang pohon yang penuh dengan duri melintang di tengah-tengah jalan.
Hendak menyobek baju dan menyakiti sekujur tubuh orang-orang yang lewat di
tempat itu. Kanjeng Nabi bertanya: “Maksudnya apa semua ini wahai Jibril?”
Jibril menjawab: “Semua ini adalah sebagian contoh dari umat Baginda Rasul yang
senang begadang di pinggir jalan dan dalam begadangnya tersebut, mereka kerap
membuat usil kepada orang-orang yang hendak melintas di depannya, sementara
orang yang melintas tadi hendak melakukan perbuatan baik dan mulia.” Kemudian Jibril
membaca sebuah ayat: “Dan janganlah kamu sekalian begadang di tepi-tepi jalan
dengan maksud mengganggu dan berbuat usil kepada orang-orang yang hendak lewat,
dan janganlah kalian semua menghalang-halangi agama Allah SWT.” (Al-Akhzab:56).Selanjutnya
Kanjeng Nabi meneruskan perjalanannya kembali hingga bertemu dengan orang-orang
yang berenang di sungai darah yang dilempari bebatuan. Kanjeng Nabi bertanya:
“Apa artinya semua ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Semua itu merupakan
sebagian contoh dari orang-orang yang kerap memakan harta riba.”
Setelah itu Kanjeng Nabi berangkat
kembali untuk melanjutkan perjalanannya. Beliau kemudian bertemu dengan
orang-orang yang mengumpulkan kayu bakar, yang mengikat kayu tersebut dalam
satu ikatan yang besar. Mereka tidak kuat memanggul kayu-kayu tersebut namun
justru malah ditambahi beban kayu lagi. Kanjeng nabi berkata: “Apakah maksud
semua itu Jibril?” Jibril menjawab: “Semua itu adalah sebagian contoh dari umat
Baginda Rasul yang sudah banyak menerima tanggungan dan amanah dari sesamanya.
Mereka sudah tidak mampu lagi melaksanakan tanggungan dan amanah tersebut namun
masih berkenan menerima bahkan masih mencari-cari tanggungan dan amanah lagi.
(seperti: hutang belum dibayar, namun sudah hutang lagi, dan hutang lagi)”.
Kemudian Kanjeng nabi berangkat lagi
dan bertemu dengan sekelompok orang yang saling mengguntingi lisan dan bibirnya
sendiri-sendiri dengan menggunakan gunting besi. Setiap kali digunting, lisan
dan bibirnya terputus. Setelah itu kembali utuh seperti semula. Begitu
seterusnya. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa meraka wahai Jibril?” Jibril
menjawab: “Mereka adalah ahli fitnah (suka memfitnah) dan merupakan sebagian
contoh dari umat Baginda Rasul yang ahli nasihat. Ahli memberi pembelajaran
kepada orang banyak. Suka mengajak kepada kebaikan dan kemaslahatan namun
dirinya sendiri tidak pernah mengerjakannya (tindakan menasehatinya hanya
berorientasi pada harta, tahta, kedudukan, dan suka dimuliakan).”Setelah itu,
Kanjeng Nabi berjumpa dengan sekelompok kaum yang mencakar-cakar wajah dan
dadanya sendiri-sendiri dengan kuku yang terbuat dari tembaga yang sangat
tajam. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab:
“Mereka adalah sebagian contoh dari oran-orang yang suka memakan daging manusia
(kanibal). Artinya: orang-orang tersebut adalah orang-orang yang ahli
mengumpat, senang menyebarluaskan aib orang lain. Senang membuat nama baik
orang lain menjadi tercemar.”
Kanjeng Nabi berangkat meneruskan
perjalanannya kembali, lantas menjumpai sebuah lubang yang sangat kecil. Dari
dalamnya keluar sapi yang sangat besar. Sapi tersebut berusaha ingin masuk ke
dalam lubang yang sangat kecil itu lagi, namun tidak bisa masuk. Kanjeng Nabi
bertanya: “Apa maksud dari semua ini Jibril?” Jibril menjawab: “Semua ini
adalah sebagian contoh dari umat Baginda Rasul yang salah berbicara. Mereka
sudah terlanjur berbicara sedangkan ucapan yang diutarakan tadi adalah ucapan
yang bersifat penting-rahasia-berbahya-merusak di dunia dan akhirat. Namun pada
akhirnya mereka menyesali semua ucapannya tadi. Tentu saja ucapan tersebut
tidak dapat ditarik kembali.”Dalam penjelasan isra’ mi’raj tersebut, Kanjeng
Nabi tiba-tiba dipanggil-panggil oleh seseorang dari arah kanan: “Wahai
Muhammad! Bersedialah kamu untuk berhenti sebentar. Saya hendak bertanya
sesuatu kepadamu.” Namun Kanjeng Nabi tidak menolehkan kepalanya sedikitpun dan
enggan menjawab seruan orang tersebut. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah seruan dari orang Yahudi. Ingatlah!
Seumpama Baginda Rasul tadi berkenan menjawab seruan itu, sudah barang tentu
umat Baginda Rasul akan menjadi Yahudi semuanya.”Lantas Kanjeng Nabi berangkat
lagi. Tiba-tiba beliau dipanggil-panggil seseorang dari arah kiri: “Wahai
Muhammad, saya meminta kamu untuk berhenti sejenak dan menunggu saya. Saya
ingin bertanya sesuatu hal kepadamu.” Namun Kanjeng Nabi tidak menghiraukannya.
Kanjeng Nabi berkata: “Siapa lagi itu ya Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah
seruan yang berasal dari orang Nasrani. Ingatlah! Seumpama Baginda Rasul
menjawab panggilan orang tersebut, tentu umat Baginda Rasul akan menjadi
Nasrani semuanya.”Selanjutnya Kanjeng Nabi berangkat lagi. Tiba-tiba beliau
berjumpa dengan seorang wanita yang kedua lengannya terbuka. Dia memakai perhiasan
yang serba indah. Dia kemudian memanggil-manggil: “Wahai Muhammad, bersedialah
kamu untuk berhenti sebentar saja. Saya hendak bertanya kepadamu tentang suatu
hal.” Namun Kanjeng Nabi enggan berhenti, tidak menoleh, dan tidak
menghiraukannya. Kanjeng Nabi berkata: “Siapa wanita tersebut ya Jibril?”
Jibril menjawab: “Itulah dunia. Seumpama Baginda Rasul tadi menjawabnya, sudah
barang tentu seluruh umat Baginda Rasul akan memilih kehidupan dunia dan enggan
memperhatikan kehidupan akhirat.” Dikisahkan dalam sebuah syair:“Ingatlah:
bahwa sesungguhnya dunia itu hanyalah tempat bersinggah bagi seseorang. Menetap
di kala malam hari dan ketika pagi tiba, ia akan segera pergi lagi.”
Kemudian Kanjeng Nabi berangkat
untuk melanjutkan perjalanannya kembali. Tiba-tiba beliau berjumpa dengan orang
tua di tepi jalan. Dia memanggil-manggil: “Wahai Muhammad! Kemarilah sebentar!”
Jibril berkata: “Bergegaslah dalam melangkah ya Rasulullah!” Lantas Kanjeng
Nabi bertanya: “Siapakah orang tua tersebut ya Jibril?” Jibril menjawab: “Dia
adalah musuh Allah SWT. Dia tidak lain adalah Iblis. Dia berusaha untuk
menggoda Baginda Rasul agar berkenan mengikuti perbuatannya.”
Kanjeng Nabi mengayunkan kakinya
kembali. Tiba-tiba berjumpa dengan seorang wanita yang sudah lanjut usia.
Wanita tersebut berada di tepi jalan. Dia memanggil-manggil kepada Kanjeng
Nabi: “Wahai Muhammad! Saya mohon kepadamu agar kamu berkenan untuk berhenti
sejenak! Hamba hendak bertanya kepadamu.” Kanjeng nabi tidak menolehnya dan
bahkan tidak menghiraukannya. Lantas Kanjeng Nabi berkata: “Siapa dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah sedikit gambaran dari alam dunia yang
usianya sudah sangat tua renta (sudah sangat dekat dengan datangnya hari
kiamat).”Setelah itu, Kanjeng Nabi melanjutkan perjalanannya kembali hingga
sampai di Baitul Maqdis (Palestina). Beliau masuk lewat pintu gerbang Al-Yamani
(kanan). Lantas Kanjeng Nabi turun dari Buroq dan mengikat Buroq tersebut di
dekat Masjidil Aqsho. Di mana tempat itu adalah tempat yang dahulu pernah
dijadikan oleh para Nabi untuk mengikat Buroqnya
Menurut salah satu riwayat: Malaikat Jibril mendekati sebuah batu yang sangat besar. Batu tersebut kemudian dilubangi oleh Jibril. Dan Buroq pun akhirnya diikat di bati tersebut. Lantas Kanjeng Nabi masuk ke dalam Masjidil Aqsho melalui pintu yang dicondongi matahari dan rembulan ketika baru terbit. Selanjutnya Kanjeng Nabi mengerjakan shalat dua rakaat berjamaah dengan Malikat Jibril.
Menurut salah satu riwayat: Malaikat Jibril mendekati sebuah batu yang sangat besar. Batu tersebut kemudian dilubangi oleh Jibril. Dan Buroq pun akhirnya diikat di bati tersebut. Lantas Kanjeng Nabi masuk ke dalam Masjidil Aqsho melalui pintu yang dicondongi matahari dan rembulan ketika baru terbit. Selanjutnya Kanjeng Nabi mengerjakan shalat dua rakaat berjamaah dengan Malikat Jibril.
Tidak lama kemudian, berkumpullah
para nabi. Kanjeng Nabi melihat dan memperhatikan para nabi tersebut, sebagian
ada yang masih berdiri, ada yang ruku’, ada pula yang sujud. Lantas ada yang
beradzan dan dilanjutkan iqomah. Para nabi itu berdiri dan berbaris semuanya
hingga menjadi beberapa shaf. Semuanya menunggu siapa yang akan menjadi imam shalat
jamaah saat itu. Kemudian Jibril memegang tangan Kanjeng Nabi dan menariknya ke
depan untuk menjadi imam. Selanjutnya Kanjeng Nabi pun menjadi imam dari para
nabi untuk mengerjakan shalat dua rakaat.
Menurut riwayat Imam Ka’ab:
“Malaikat Jibril yang beradzan. Lantas seluruh malaikat pun berbondong-bondong
turun dari langit. Dan Allah SWT mengumpulkan seluruh nabi dan rasul.
Selanjutnya Kanjeng Nabi menjadi imam shalat dari seluruh malaikat, nabi, dan rasul.”Setelah
salam, Jibril bertanya: “Wahai Muhammad! Tahukah kamu, siapa orang-orang yang
shalat di belakangmu tadi?” Kanjeng Nabi berkata: “Saya tidak tahu!” Jibril
menimpali: “Semuanya tadi, adalah para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah
SWT.”
Lantas para nabi dan rasul tersebut saling memuji Allah dengan puji-pujian yang bagus. Kemudian Kanjeng Nabi berkata: “Kamu sekalian saling memuji-muji kepada Tuhanmu. Dan saya juga akan memuja dan memuji-muji kepada Tuhan saya.”
Lantas para nabi dan rasul tersebut saling memuji Allah dengan puji-pujian yang bagus. Kemudian Kanjeng Nabi berkata: “Kamu sekalian saling memuji-muji kepada Tuhanmu. Dan saya juga akan memuja dan memuji-muji kepada Tuhan saya.”
Selanjutnya Kanjeng Nabi bergegas
mengucap puji-pujian: “Segala puji itu hanya milik Allah. Dzat yang telah
mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan kepada manusia dengan memberi
kebahagiaan surga bagi orang yang patuh-taat. Dan menakut-nakuti dengan neraka
bagi orang yang durhaka. Dan Allah SWT telah menurunkan Al-Quran kepadaku yang
di dalamnya itu terdapat keterangan-keterangan tentang seluruh hal. Dan telah
menjadikan umatku lebih bagus dari seluruh umat terdahulu. Yang dilahirkan
untuk manusia yang lain. Dan telah dijadikan umatku menjadi umat yang
“tengah-tengah-sedengan-dan pilihan”. Dan telah dijadikan umatku sebagai umat
yang pertama dalam permulaan menakdirkan makhluk dan wujud umat yang terakhir.
Dan Allah telah melapangkan dada dan hatiku, serta mengampuni segala dosaku.
Dan telah mengangkat derajat serta namaku. Dan yang telah menjadikanku nabi
yang paling awal dan paling akhir.”
Nabi Ibrahim AS berkata: “Sebab
perkataan Kanjeng Nabi tersebut, Kanjeng Nabi dimuliakan Allah SWT melebihi
kemuliaan seluruh nabi dan rasul.” Saat itu Kanjeng Nabi merasakan rasa haus
yang begitu dahsyat. Jibril kemudian datang dengan membawa segelas arak dan
segelas susu. Lantas Kanjeng Nabi mengambil dan memilih susu. Jibril berkata:
“Baginda Rasul telah memilih fitrah (agama islam). Seumpama Baginda Rasul
memilih arak, sudah dapat dipastikan bahwa umat Baginda Rasul akan banyak yang
bersifat durhaka dan tidak ada yang menaati Baginda Rasul, kecuali hanya
sedikit saja.
Menurut riwayat lain: “Sesungguhnya
gelas yang telah dihidangkan itu ada tiga: adapun gelas yang nomor tiga
tersebut berisi air putih. Jibril berkata: Seumpama Baginda Rasul tadi meminum
air putih, sudah barang tentu umat Baginda Rasul akan mati tenggelam dalam
kemaksiatan.Dalam riwayat lain juga dijelaskan: “Gelas yang nomor tiga tersebut
adalah madu yang merupakan pengganti dari air putih.”Dan sesungguhnya Kanjeng
Nabi juga melihat dan memperhatikan beberapa bidadari yang berada di sebelah
kiri batu besar. Setelah itu beliau bersalam dan bidadari-bidadari itu pun
menjawab salam beliau. Selanjutnya Kanjeng Nabi bertanya kepada para bidadari
tersebut. Bidadari menjawabnya dengan perangai wajah yang berseri-seri dan
membahagiakan pandangan.
Kanjeng Nabi lantas disediakan tangga. Sebuah alat untuk naiknya roh-roh manusia yang beriman. Tangga tersebut sangatlah bagus dan indah yang tiada bandingnya. Satu tangga terbuat dari perak dan satu tangga yang lain terbuat dari emas. Tangga tersebut berasal dari surga Firdaus. Tangga tersebut disemprot dengan lu’lu’-mutiara. Di sebelah kanan tangga ada malaikat. Di sebelah kirinya juga terdapat malaikat.Lantas Kanjeng Nabi naik tangga bersamaan dengan malaikat Jibril hingga keduanya tiba di sebuah pintu dari beberapa pintu langit dunia, yang disebut dengan Babul Hafadhah. Di pintu tersebut terdapat penjaganya yang bernama Malaikat Ismail. Beliau yang diperintahkan sebagai penjaga langit dunia yang bertempat di angkasa. Selama-lamanya Malikat Ismail tidak pernah naik ke langit atasnya dan beliau juga tidak akan pernah turun ke bumi, kecuali ketika hari wafatnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Kanjeng Nabi lantas disediakan tangga. Sebuah alat untuk naiknya roh-roh manusia yang beriman. Tangga tersebut sangatlah bagus dan indah yang tiada bandingnya. Satu tangga terbuat dari perak dan satu tangga yang lain terbuat dari emas. Tangga tersebut berasal dari surga Firdaus. Tangga tersebut disemprot dengan lu’lu’-mutiara. Di sebelah kanan tangga ada malaikat. Di sebelah kirinya juga terdapat malaikat.Lantas Kanjeng Nabi naik tangga bersamaan dengan malaikat Jibril hingga keduanya tiba di sebuah pintu dari beberapa pintu langit dunia, yang disebut dengan Babul Hafadhah. Di pintu tersebut terdapat penjaganya yang bernama Malaikat Ismail. Beliau yang diperintahkan sebagai penjaga langit dunia yang bertempat di angkasa. Selama-lamanya Malikat Ismail tidak pernah naik ke langit atasnya dan beliau juga tidak akan pernah turun ke bumi, kecuali ketika hari wafatnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Adapun jumlah pengawal Malaikat
Ismail adalah tujuh puluh ribu malaikat. Dan setiap satu orang malaikat
ditemani tujuh puluh ribu malaikat. Selanjutnya Malaikat Jibril mengetuk pintu
langit. Dan ditanyalah Malaikat Jibril: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya
Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya
bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh
Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian
dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Saya bersyukur atas anugrah
dari Allah SWT, sebab saya dapat bertatap muka dengan Baginda Rasul dan menjadi
bagian dari keluarga Baginda Rasul. Semoga dimuliakan Allah SWT, saudara: yang
seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama
Allah SWT. Demikianlah sebagus-bagusnya saudara seiman, wakilnya Allah SWT, dan
sebagus-bagusnya orang yang datang.
Lantas pintu langit pun segera di
buka, tatkala keduanya masuk. Tiba-tiba di tempat tersebut berjumpa dengan Nabi
Adam AS, yaitu bapak dari seluruh umat manusia. Adapun keberadaannya masih
tetap sama seperti ketika diciptakan oleh Allah SWT (kulitnya tetap putih
kemerah-merahan dan bercahaya, tinggi badanya kira-kira 60 dziro’ atau kurang
lebih 29 meter. Lebar dadanya kurang lebih 7 dziro’ atau kurang lebih 3 meter) Didatangkan
kepada Nabi Adam AS arwahnya para nabi dan keturunannya yang beriman. Lantas
Nabi Adam berkata: “Roh suci dan sukma yang bagus! Sama-sama masuklah kalian
semua di dalam surga Firdaus / Illiyyin.”Lantas didatangkan lagi kepada Nabi
Adam AS roh-roh keturunannya yang sama-sama kafir. Dan Nabi Adam AS pun
berkata: “Roh-roh yang busuk dan sukma yang durhaka, sama-sama masuklah kalian
semua di dalam neraka Sijjin.”
Dan Nabi Adam AS melihat dari arah kanannya ada bayang-bayang (gerombolan-gerombolan nyawa) hitam dan pintu. Dan dari pintu tersebut, keluarlah aroma yang sangat semerbak harum. Dan dari arah kiri, Nabi Adam AS melihat bayang-bayang dan pintu. Dari pintu tersebut keluarlah aroma yang yang sangat busuk dan menyengat.
Dan Nabi Adam AS melihat dari arah kanannya ada bayang-bayang (gerombolan-gerombolan nyawa) hitam dan pintu. Dan dari pintu tersebut, keluarlah aroma yang sangat semerbak harum. Dan dari arah kiri, Nabi Adam AS melihat bayang-bayang dan pintu. Dari pintu tersebut keluarlah aroma yang yang sangat busuk dan menyengat.
Ketika Nabi Adam AS menoleh ke arah
kanan, dirinya bangga dan bergembira. Dan ketika menoleh ke kiri, dirinya sedih
dan menangis.
Lantas Kanjeng Nabi bersalam kepada
Nabi Adam AS. Dan Nabi Adam AS pun menjawab salam beliau. Nabi Adam AS lantas
berkata: “Selamat datang wahai anakku yang shalih dan nabi yang shalih.” Lantas
Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa itu ya Jibril?” Jibril menjawab: “Beliau adalah
Bapak moyang Baginda Rasul, yaitu Nabi Adam AS. Adapun bayang-bayang hitam itu
adalah keturunan Nabi Adam AS.Sementara itu, gerombolan-gerombolan hitam sisi
kanan adalah ahli surga, dan yang sisi kiri adalah ahli neraka.”
Apabila Nabi Adam AS melihat ke sisi
kanan, beliau bangga dan bahagia hatinya. Dan apabila melihat ke sisi kiri,
Nabi Adam AS menangis dan bersedih hati.
Pintu sebelah kanan adalah pintu surga. Ketika nabi Adam AS melihat anak keturunannya sama-sama masuk surga, hatinya bangga dan berbahagia.
Pintu sebelah kanan adalah pintu surga. Ketika nabi Adam AS melihat anak keturunannya sama-sama masuk surga, hatinya bangga dan berbahagia.
Adapun pintu sebelah kiri adalah
pintu neraka. Ketika Nabi Adam AS melihat anak keturunannya sama-sama masuk
neraka, hatinya menangis dan bersedih.
Lantas Kanjeng Nabi melanjutklan perjalanannya kembali yang tidak jauh dari tempat tadi. Dan bertemulah beliau dengan orang-orang yang senang memakan harta riba dan harta benda anak yatim. Beliau juga bertemu dengan orang-orang yang gemar berzina dan sebagainya. Keberadaan mereka sangat menyedihkan dan mengenaskan (buruk). Seperti fenomena terdahulu. Justru malah lebih menyedihkan.Lantas Kanjeng Nabi naik kembali ke langit yang kedua. Jibril mengetuk puntu langit dan meminta izin untuk masuk. Penjaga langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas penjaga langit bertanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Aduh … …, Saya rasa, saya mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat bertatap muka dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan. Semoga Baginda Rasul dimuliakan Allah SWT, dan saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Demikianlah sebagus-bagusnya saudara seiman, wakilnya Allah SWT, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Lantas Kanjeng Nabi melanjutklan perjalanannya kembali yang tidak jauh dari tempat tadi. Dan bertemulah beliau dengan orang-orang yang senang memakan harta riba dan harta benda anak yatim. Beliau juga bertemu dengan orang-orang yang gemar berzina dan sebagainya. Keberadaan mereka sangat menyedihkan dan mengenaskan (buruk). Seperti fenomena terdahulu. Justru malah lebih menyedihkan.Lantas Kanjeng Nabi naik kembali ke langit yang kedua. Jibril mengetuk puntu langit dan meminta izin untuk masuk. Penjaga langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas penjaga langit bertanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Aduh … …, Saya rasa, saya mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat bertatap muka dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan. Semoga Baginda Rasul dimuliakan Allah SWT, dan saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Demikianlah sebagus-bagusnya saudara seiman, wakilnya Allah SWT, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Kemudian pintu langit pun segera
dibuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka bertemu dengan Nabi Isa
AS bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakaria yang keduanya hampir serupa pakaian
dan rambutnya (ibunya nabi Yahya masih bersaudara dengan Dewi Maryam). Keduanya
ditemani oleh sekelompok kaumnya.
Nabi Isa itu berperawakan standar. Kulitnya putih kemerah-merahan. Rambutnya panjang, kelihatan seperti orang yang baru saja mandi. Wajahnya serupa dengan Yarwah bin Mas’ud-ats Tsaqafi.
Nabi Isa itu berperawakan standar. Kulitnya putih kemerah-merahan. Rambutnya panjang, kelihatan seperti orang yang baru saja mandi. Wajahnya serupa dengan Yarwah bin Mas’ud-ats Tsaqafi.
Kanjeng Nabi lantas berucap salam
kepada Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Keduanya menjawab salam tersebut dan
berkata: “Selamat datang saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Keduanya
pun mendoakan Kanjeng Nabi dengan do’a yang bagus.
Lantas Kanjen Nabi dan Malikat Jibril naik ke Langit yang ketiga. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit pun bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Sungguh saya telah mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat berjumpa dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan dengan Baginda Rasul. Semoga baginda rasul dimuliakan Allah SWT, saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Itulah semulya-mulyanya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Lantas Kanjen Nabi dan Malikat Jibril naik ke Langit yang ketiga. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit pun bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Sungguh saya telah mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat berjumpa dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan dengan Baginda Rasul. Semoga baginda rasul dimuliakan Allah SWT, saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Itulah semulya-mulyanya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Kemudian pintu langit pun segera
dibuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka berdua berjumpa dengan
Nabi Yusuf AS yang ditemani oleh sebagian umatnya. Kanjeng Nabi bersalam kepada
Nabi Yusuf AS. Lantas Nabi Yusuf AS menjawab salam tersebut. Dan berkatalah
Nabi Yusuf AS: “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang
shalih!” Nabi Yusuf pun mendo’akan Kanjeng Nabi dengan do’a yang luhur.
Ketampanan Nabi Yusuf tersebut
menyamai setengah dari ketampanan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Menurut salah satu
riwayat: “Nabi Yusuf itu dianugrahi raut wajah yang indah melebihi keindahan
wajah seluruh umat manusia. Wajahnya laksana bulan purnama yang sinar terangnya
melebihi terang sinar semua bintang.” Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab: “Dia adalah saudara Baginda Rasul. Namanya Nabi Yusuf
AS.”
Lantas Kanjeng Nabi dan Malikat
Jibril naik lagi ke langit yang keempat. Dan Jibril meminta izin agar dibukakan
pintunya. Penjaga langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!”
Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama
Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah
kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Penjaga langit lantas
berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga kalian berdua dimuliakan Allah
SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang
telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Begitulah semulia-mulianya saudara
seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Pintu langit lalu dibukakan. Setelah
itu mereka berdua masuk. Tiba-tiba Kanjeng Nabi dan Malikat Jibril bertemu dengan
Nabi Idris AS yang dimuliakan Allah SWT di tempat yang tinggi dan mulia.
Kanjeng Nabi bersalam. Dan dijawablah salam tersebut oleh Nabi Idris AS. Beliau
berkata: “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.”
Lantas Nabi Idris mendo’akan Kanjeng Nabi Muhammad dangan do’a yang luhur.
Kemudian Kanjeng Nabi dan Malikat
Jibril naik ke langit yang kelima. Jibril lalu minta izin untuk dibukakan
pintunya. Penjaga langit pun bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya
Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya
bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutuskah
kalian oleh Allah untuk datang ke tempat ini?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!”
Penjaga langit lantas berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga kalian
berdua dimuliakan Allah SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan para da’i
(wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Begitulah
semulia-mulianya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang
datang.
Setelah itu pintu langit pun dibuka.
Kemudian Kanjeng Nabi dan Malikat Jibril masuk, tiba-tiba mereka berdua
berjumpa dengan Nabi Harun AS yang rambut dan jenggotnya sebagian putih dan
sebagian hitam. Jenggot tersebut menjuntai ke bawah sepanjang pusar, sebab
sangat panjangnya. Nabi harun dikerumuni oleh kaum Bani Israil. Saat itu Nabi
Harun bercerita kepada kaum tersebut.
Kanjeng Nabi bersalam dan dijawab.
Lantas Nabi Harun berucap: “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi
yang shalih!” Kemudian Nabi Harun mendo’akan Kanjeng Nabi dengan do’a yang
baik. Kanjeng Nabi bertanya kepada Malikat Jibril: “Siapakah dia ya Jibril?”
Jibril menjawab: “Dia adalah seorang lelaki yang sangat dicintai oleh kaumnya.
Namanya Nabi Harun bin Imran.”Selanjutnya Kanjeng Nabi dan Malaikat Jibril naik
lagi ke langit yang keenam. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit
tersebut. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya
Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya
bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh
Allahkah kamu untuk datang ke mari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Penjaga pintu
langit lantas berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga kalian berdua
dimuliakan Allah SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan para da’i (wakil
dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Begitulah
semulia-mulianya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang
datang.
Kemudian pintu langit pun dibuka.
Setelah itu mereka berdua masuk. Lantas Kanjeng Nabi bertemu dengan beberapa
nabi yang saling diiringi oleh para kaumnya, namun hanya sedikit. Kanjeng Nabi
juga berjumpa dengan nabi-nabi yang kaumnya banyak. Dan bertemu dengan nabi-nabi
yang tidak berpengikut.
Kemudian Kanjeng Nabi berjumpa
dengan serombongan orang yang sangat banyak yang memenuhi segala penjuru
(segala arah). Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril
menjawab: “Mereka adalah Nabi Musa AS dan para pengikutnya. Namun saya harap
Baginda Rasul untuk mengangkat kepala.” Tiba-tiba Kanjeng Nabi melihat
serombongan orang yang juga berjumlah sangat banyak yang memenuhi segala
penjuru. Jibril berkata: “Mereka semua adalah umatmu wahai Baginda Rasul.”
Adapun selain iring-iringan tersebut, ada tujuh puluh ribu orang yang akan
masuk surga tanpa dihisab, (semoga kita masuk dalam golongan tersebut).Setelah
Kanjeng Nabi dan Malikat jibril masuk, tiba-tiba mereka berdua bertemu dengan
Nabi Musa AS bin Imran. Nabi Musa itu seorang lelaki yang berkulit putih
kemerah-merahan. Tinggi badannya seperti orang Syanuah. Banyak-tebal bulunya.
Apabila memakai baju rangkap dua, sungguh akan robek tertembus bulu tersebut.
Lantas Kanjeng Nabi bersalam, dan
salam tersebut dijawab oleh Nabi Musa AS. Kemudian Nabi Musa berucap: “Selamat
datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Nabi Musa AS juga
berdo’a untuk Kanjeng Nabi dengan do’a yang luhur.
Nabi Musa berkata: “Semua orang
sama-sama berpikiran bahwa saya adalah orang termulia di hadapan Allah SWT dari
pada Muhammad. Namun sesungguhnya Muhammadlah yang lebih mulia di hadapan Allah
SWT dari pada saya.”
Ketika Kanjeng Nabi melewati Nabi musa AS, Nabi Musa menangis. Beliau ditanya oleh orang-orang banyak: “Ada apa kok menangis wahai Nabi Musa?” Nabi Musa menjawab: “Saya menangis sebab Muhammad diutus sesudah saya, namun umatnya sangat banyak yang masuk surga dari pada umat saya.”
Ketika Kanjeng Nabi melewati Nabi musa AS, Nabi Musa menangis. Beliau ditanya oleh orang-orang banyak: “Ada apa kok menangis wahai Nabi Musa?” Nabi Musa menjawab: “Saya menangis sebab Muhammad diutus sesudah saya, namun umatnya sangat banyak yang masuk surga dari pada umat saya.”
Kaum Bani Israil sama-sama
berpendapat bahwa sayalah yang paling mulia di antara seluruh keturunan Nabi
Adam AS di hadapan Allah, namun sesungguhnya Muhammadlah yang lahir sesudah
saya yang termulia. Sementara saya telah hidup di alam akhirat. Seumpama hanya
Muhammad sendirian, saya tidak apa-apa, namun ini berbeda, Muhammad
bersama-sama dengan umatnya, tentu saja saya menjadi iri dengannya.”
Lantas Kanjeng Nabi dan Malikat
Jibril naik kembali ke langit yang ketujuh. Jibril meminta izin agar dibukakan
pintu langit tersebut. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril
menjawab: “Saya Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril
menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi:
“Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang ke mari?” Jibril Jawab: “ Ya!
Sudah!” Penjaga langit lantas berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga
kalian berdua dimuliakan Allah SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan
para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT.
Begitulah semulia-mulianya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang
yang datang.”Kemudian pintu langit pun terbuka. Ketika keduanya telah masuk,
tiba-tiba mereka bejumpa dengan Nabi Ibrahim AS “Al-Kholil” yang duduk di
sebuah kursi yang terbuat dari emas di depan pintu surga. Beliau menyandarkan
punggungnya di Baitul Makmur. Saat itu Nabi Ibrahim sedang didampingi oleh
sekolompok kaumnya. Lantas Kanjeng Nabi berucap salam dan dijawablah salam tersebut
oleh Nabi Ibrahim AS.
Kemudian Nabi Ibrahim AS berkata:
“Selamat datang wahai anakku dan nabi yang shalih.” Lantas Nabi Ibrahim
berpesan: “Perintahkanlah kepada umatmu, agar memperbanyak tanaman dan
perhiasan surga, karena sesungguhnya tanah surga itu sangatlah bagus-subur dan
luas.” Kanjeng Nabi bertanya: “Apa tanaman surga tersebut?” Nabi Ibrahim AS
berkata: “ Yaitu: laa khaula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiim.”
Menurut salah satu riwayat
diterangkan bahwa: “Tolong sampaikan salam saya kepada umatmu dan ceritakanlah
bahwa surga itu tanahnya bagus-sangat subur, tawar dan segar airnya. Adapun
sesungguhnya tanaman surga tersebut adalah: subkhaanallah walkhamdulillah wa
laa ilaaha illallahu wallahu akbar.”
Orang-orang yang berada di sebelah
kiri dan kanan Nabi Ibrahim (kaumnya) semuanya duduk dalam satu kelompok.
Wajahnya putih-bening seperti kertas, sekelompok lain ada kotoran noda hitam
kulitnya. Lantas kaum yang terdapat kotoran dikulitnya sama-sama berdiri
kemudian masuk dan mandi di sebuah sungai. Selanjutnya sama-sama keluar sebab
telah bersih kotorannya. Setelah itu masuk dan mandi kembali di sebuah sungai yang
lain. Kemudian keluar dan telah bersih kotoran noda-noda hitamnya. Lantas masuk
dan mandi kembali sampai tiga kali di aungai yang lain lagi. Sesudah itu
sama-sama keluar sebab telah bersih seluruh kotoran noda hitamnya. Sehingga
kulit dan wajahnya putih-bening sama seperti teman-temannya yang lain. Lantas
semuanya sama-sama duduk berkumpul bersama teman-temannya yang berkulit dan
berwajah putih-bening tadi.
Kanjeng Nabi bertanya: “Wahai
Jibril, siapa kelompok orang-orang yang berkulit dan berwajah putih-bening
tersebut? Dan siapa golongan yang kulit dan wajahnya terdapat kotoran noda
hitam itu? Dan sungai apa yang dijadikan tempat mandi tadi?”Jibril menjawab:
“Kelompok orang-orang yang kulit dan wajahnya putih-bening itu adalah
orang-orang yang imannya tidak tercampur dengan dosa-maksiat. Sedangkan
sekelompok orang yang kulit dan wajahnya terdapat kotoran dan noda hitam adalah
orang-orang yang beramal shalih namun juga mengerjakan perbuatan dosa-maksiat,
lantas mereka sama-sama bertobat dan Allah SWT menerima tobatnya. Adapun sungai
tersebut adalah: yang pertama sungai Rahmatullah, yang kedua sungai
nikmatullah, dan yang ketiga adalah sungai saqaahum rabbahum
syaraabangthahuuraa, yang artinya: sungai tempat kalian semua dianugrahi
minum-minuman yang sangat segar dan bening juga bersih.”Dan dijelaskan oleh
Malikat Jibril: “Itulah tempatmu dan tempat umatmu ya Rasulullah!”
Di tempat tersebut tiba-tiba Kanjeng Nabi
berjumpa dengan umat beliau. Umat tersebut terbagi menjadi dua golongan.
Golongan yang pertama memakai pakaian putih seperti kertas, sedangkan golongan
yang kedua memakai pakaian kusam.
Kanjeng Nabi lantas masuk ke Baitul Makmur. Beliau masuk bersama-sama dengan golongan yang memakai pakaian putih. Dan golongan yang memakai pakaian kusam dilarang masuk mengikutinya. Kemudian Kanjeng Nabi mengerjakan shalat di Baitul Makmur bersama-sama dengan orang-orang mukmin.
Kanjeng Nabi lantas masuk ke Baitul Makmur. Beliau masuk bersama-sama dengan golongan yang memakai pakaian putih. Dan golongan yang memakai pakaian kusam dilarang masuk mengikutinya. Kemudian Kanjeng Nabi mengerjakan shalat di Baitul Makmur bersama-sama dengan orang-orang mukmin.
Di situ, Baitul Makmur tersebut
ternyata dalam setiap harinya dimasuki tujuh puluh ribu malaikat yang tidak
pernah kembali keluar lagi hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya Baitul Makmur
tersebut tegak lurus dengan Ka’bah. Seumpama sebuah batu di jatuhkan dari
Baitul Makmur, maka akan terjatuh tepat di Ka’bah. Apabila sudah masuk Baitul
Makmur maka tidak akan keluar lagi. Tepat di Baitul Mamur tersebut merupakan
akhir dari perjalanan para malaikat.
Dalam riwayat lain juga dijelaskan:
“Dalam Baitul Makmur itu, Kanjeng Nabi dihidangi tiga gelas minuman. Lantas
Kanjeng Nabi memilih dan mengambil gelas yang berisi susu. Tindakan Kanjeng
Nabi tersebut dibenarkan oleh Malaikat Jibril dengan ungkapan: Susu tersebut
merupakan tanda dari agama islam (fitrah) yang akan Baginda Rasul dan umat
Baginda Rasul peluk.”
Kemudian Kanjeng Nabi dibawah naik
lagi ke Sidrotul Muntaha. Di tempat itulah akhir dari semua amal manusia naik
dari bumi, lalu berhenti. Di Sidrotul Muntaha tersebut, takdir-takdir
diturunkan dari ketinggian dan berhenti.Sidrotul Muntaha adalah sebatang pohon
besar. Dari tunasnya mengalir beberapa sungai yang airnya sangat bening dan
tidak pernah berubah, baik bentuk maupun rasanya. Di situ juga mengalir sungai
susu yang tidak akan pernah berubah rasanya. Ada juga sungai arak yang sangat
segar menurut orang-orang yang meminum dan sungai madu yang sangat
bersih-bening.
Atap Sidratul Muntaha itu jika
ditelusuri seseorang yang naik kendaraan membutuhkan waktu tujuh puluh tahun,
namun belum juga sampai. Adapun buahnya Sidrotul Muntaha itu sebesar
kendi-kendi Tanah Hajar (sebuah desa yang dekat dengan Madinah). Sementara
daunnya selebar telinga gajah. Satu daun saja sudah mampu menutupi seluruh umat
yang ada.
Menurut salah satu riwayat
diterangkan: “Selembar daun tersebut dapat menutupi seluruh makhluk. Tiap-tiap
satu daun terdapat satu malaikat. Daun itu warnanya bermacam-macam yang tidak
dapat dimengerti warna apa saja itu. Ketika ada suatu perkara yang menutupinya,
sebab perintah Allah SWT, lantas berubalah menjadi Intan Baiduri, Yaqut, dan
Zabarjud.”Tidak ada seorang pun yang sanggup memberi sifat dan menggambarkan
keadaan Sidratul Muntaha. Dalam setiap daun terdapat belalang emas. Dari tunas
pohon Sidrotul Muntaha tersebut mengalir empat sungai yang masuk ke surga.
Adapun yang dua, mengalir keluar ke bumi (dua yang terlihat dan dua tidak
terlihat).
Kanjeng Nabi bertanya: “Sungai
apakah itu ya Jibril?” Jibril berkata: “Dua sungai yang tidak terlihat itu
mengalir ke dalam surga. Adapun dua sungai yang terlihat itu adalah sungai Nil
(Mesir) dan sungai Furat (Irak).”
Menurut salah satu riwayat
dijelaskan: “Di dalam Sidrotul Muntaha, Kanjeng Nabi sempat melihat Malaikat
Jibril memiliki enam ratus sayap (600). Tiap-tiap sayap tersebut sanggup
menutupi jagad raya. Dan dari tiap-tiap sayapnya Jibril itu bertaburan Intan
dan Yaqut. Dari mana asalnya tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT.”
Lalu Kanjeng Nabi berjalan
menelusuri tepi Telaga Kautsar hingga masuk ke dalam surga. Tiba-tiba Kanjeng
Nabi di dalam surga melihat beberpa hal yang tidak dapat terlihat oleh mata,
tidak dapat didengar telinga, dan tidak pernah terlintas di hati. Kanjeng Nabi
kemudian melihat sebuah tulisan di pintu surga: “Memberi shadaqah itu pahalanya
sepuluh kali lipat, dan memberi hutang orang yang membutuhkan itu pahalanya
delapan belas kali lipat.” Lantas Kanjeng Nabi pun bertanya: “Jibril, bagaimana
bisa orang yang memberi hutang itu lebih utama dari pada shadaqah?” Jibril
menjawab: “Sebab orang yang meminta-minta itu masih memiliki kelebihan sesuatu,
sedangkan orang hutang itu tidak akan berani hutang kecuali membutuhkan.”
Kanjeng Nabi kemudian berjalan-jalan
di surga. Tiba-tiba saja beliau berjumpa dengan sungai susu yang tidak akan
pernah berubah rasanya dan sungai khomer yang sangat lezat menurut orang-orang
yang minum. Dan sungai madu yang sangat bening. Di dalam surga bertaburan
rumah-rumahan kecil yang terbuat dari lu’lu’-mutiara dan beberapa buah delima
yang besarnya sebesar timba-timba
Menurut salah satu riwayat
diterangkan: “Di dalam surga terdapat buah delima yang besarnya sebesar kulit
unta yang ada muatannya dan burung-burung surga itu sebesar Unta Khurasan yang memiliki
dua punuk (punggung).”Shahabat Abu Bakr berkata: “Ya Rasulullah! Apakah
dagingnya nikmat?” Kanjeng Nabi berkata: “Saya pernah memakan daging burung
itu. Sungguh dagingnya benar-benar nikmat melebihi kenikmatan seluruh daging
yang pernah aku rasakan. Dan saya berharap kamu bisa makan daging burung
tersebut.” Lalu Kanjeng Nabi melihat Telaga Kautsar yang di dua tepinya
terdapat rumah-rumahan kecil yang terbuat dari mutiara yang dilubangi. Tanahnya
berbau harum seperti minyak misik.Lantas Kanjeng Nabi diperlihatkan batu dan
besi di neraka. Di situ tempat kemurkaan, kutukan, dan siksaan Allah SWT
Seumpama batu dan besi dilemparkan
ke dalam neraka, tentu akan hancur binasa dan meleleh. Di dalam neraka
tiba-tiba ada sekelompok orang/umat yang semuanya memakan bangkai.
Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka
ya Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang pekerjaannya suka
memakan daging manusia (artinya: orang-orang yang gemar mengumpat).” Di situ,
Kanjeng Nabi melihat Malaikat Malik penjaga neraka. Wajahnya selalu terlihat
sadis dan memancarkan aura kemarahan yang sangat membara. Kanjeng Nabi
mengawali berucap salam kepada Malaikat Malik. Lalu pintu neraka ditutup untuk
menghormati Kanjeng Nabi.
Lantas Kanjeng Nabi dibawah naik ke
Sidrotul Muntaha. Kanjeng Nabi diselimuti kabut yang menyerupai mendung yang
warnanya beraneka ragam. Dan Jibril pun berhenti.Kanjeng Nabi lalu dibawa naik
ke Mustawa (sebuah tempat tinggi yang biasanya dijadikan sebagai tempat
peristirahatan). Di tempat tersebut, beliau terdengar gemricik kolam-kolam. Di
situ, beliau juga melihat seorang lelaki yang diliputi oleh Nurul ‘Arsy.
Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai Jibril? Apakah seorang Malaikat?”
Jibril menjawab: “Bukan!” Kanjeng Nabi bertanya lagi: “Apakah seorang nabi?”
Dijawabnya kembali: “Bukan!” Kanjeng Nabi bertanya sekali lagi: “Lantas
siapakah dia?” Dan dijawablah: “Dia adalah seorang lelaki yang semasa hidup di
dunia, lisannya selalu basah sebab dibuat dzikir kepada Allah SWT. Dan hatinya
selalu terikat erat (sambung-berpikir-berangan-angan) dengan masjid. Serta
tidak pernah memusuhi-tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya.”
Lantas Kanjeng Nabi menghadap Allah
SWT. Beliau lalu bersujud. Allah pun berkata kepada Kanjeng Nabi ketika beliau
sedang bersujud: “Wahai Muhammad!” Kanjeng Nabi menjawab: “Ya, ada apa wahai
Tuhanku?” Allah berucap: “Apa yang kamu kehendaki dari-Ku?” Kanjeng Nabi
berkata: “Sesungguhnya Engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim AS sebagai
Kholilullah dan juga kerajaan yang agung. Engkau telah memberi petunjuk kepada
Nabi Musa AS. Dan menganugrahi Nabi Dawud AS kerajaan yang agung, meluluhkan
besi kepada Nabi Dawud AS, juga memberi kuasa Nabi Dawud untuk meguasai gunung.
Dan Engkau telah memberikan kepada Nabi Sulaiman kerajaan yang agung, dapat
menguasai jin, manusia, syetan, dan angin. Engkau juga telah menganugrahkan
sebuah kerajaan yang tidak pernah diberikan setelah Nabi Sulaiman. Engkau juga
mengajari Nabi Isa AS kitab Taurat dan Injil, juga memberikan kemampuan dapat
menyembuhkan orang buta, bisu, dan belang (kulitnya putih), dan dapat
menghidupkan orang mati dengan seizin-Mu. Engkau telah menjaga sekaligus
melindungi Nabi Isa AS serta ibunya dari godaan syetan yang terkutuk, hingga
tidak ada yang berani menggoda keduanya lagi.”
Lalu Allah SWT berkata: “Sungguh
telah Kujadikan engakau Muhammad sebagai kekasih-Ku. Rowi Hadits menjelaskan:
“Ucapan Allah tersebut sebenarnya telah ditulis di dalam kitab Taurat, bahwa
Kanjeng Nabi Muhammad adalah kekasih Allah dan Allah pun telah mengutusnya
untuk seluruh umat manusia dengan memberi kebahagiaan surga bagi orang yang
berkenan mengikutinya, dan menakut-nakuti dengan neraka bagi orang yang
mendurhakainya. Dan Allah telah membuka serta melapangkan dada juga hati
Muhammad SAW. Mengampuni seluruh dosanya, dan Allah telah mengangkat derajatnya
hingga tidak akan disebut nama Allah kecuali bersamaan dengan Nama Muhammad.
Allah telah menjadikan umat Muhammad sebagai umat yang terbagus dari seluruh
umat yang ada dan dilahirkan untuk manusia. Dan Allah telah menjadikan umat
Muhammad sebagai umat yang awal diciptakan dan yang terakhir dilahirkan.
“Dan telah Ku tetapkan kepada
umatmu, Muhammad, tidak memiliki kewenangan dalam menasehati sesamanya, kecuali
telah berucap dan bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Ku dan utusan-Ku. Dan
Aku telah menjadikan umatmu, Muhammad, sebagai satu-satunya umat yang hatinya
menjadi tempat menerima ilmu dan hikmah.”
“Dan telah Kujadikan engkau sebagai
permulaan para nabi dalam setiap kejadiannya dan yang akhir dari seluruh para
nabi berdasarkan pengutusannya. Dan telah Kujadikan engkau sebagai orang yang
pertama dihisab, dan telah Aku anugrahkan kepadamu surat Al-Fatihah (tujuh ayat
yang diulang-ulang sampai berkali-kali pembacaannya) yang tidak Aku berikan
kepada nabi sebelum kamu.”
“Dan telah Kuberikan kepadamu,
beberapa akhir dari surat Al-Baqarah, dari perbendaharaannya di bawah ‘Arasy
yang tidak pernah aku berikan kepada nabi sebelum kamu.Dan engkau telah Aku
anugrahi Al-Kautsar (telaga Kautsar). Saya juga telah memberimu delapan keutamaan:
……….…… Islam, hijrah, kebenaran, puasa Ramadlan,amar ma’ruf, dan nahi munkar.”
“Dan sesungguhnya Aku mulai hari ini
telah memberi mandat kepada seisi langit dan bumi. Telah Kuwajibkan kepadamu
dan kepada umatmu untuk mengerjakan shalat lima puluh kali. Maka kerjakanlah
shalat tersebut.”Dan dalam salah satu riwayat dijelaskan: “Rasulullah Muhammad
dianugrahi shalat lima puluh waktu, beberapa ayat terakhir dari surat
Al-Baqarah, dan Allah telah mengampuni dosa-dosa umat Muhammad, kecuali dosa
musyrik (menyekutukan Allah) dari umat Muhammad dengan sesuatu hal yang
bersifat merusak keimanan.”
Lantas
tersibaklah kabut yang menyilaukan yang berasal dari nur Kanjeng Nabi Muhammad.
Kemudian Jibril memegang erat-erat tangan Kanjeng Nabi. Lalu cepat-cepat mengundurkan
diri.Setelah itu, Kanjeng Nabi mendatangi Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim tidak
berkata apa-apa. Kemudian Kanjeng Nabi mendatangi Nabi Musa AS. Nabi Musa AS berkata:
“Aku adalah sebagus-bagusnya teman bagimu.”Nabi Musa AS bertanya: “Ada
keperluan apa engkau ya Muhammad? Apa yang telah diwajibkan Allah kepadamu dan
kepada umatmu?” Kanjeng Nabi menjawab: “Allah telah mewajibkan kepadaku dan
kepada umatku untuk mengerjakan shalat lima puluh waktu dalam sehari semalam.”
Nabi Musa AS berkata: “Berkenanlah
kiranya engkau untuk kembali ke hadapan Allah dan memintalah keringanan untuk
dirimu dan umatmu. Sebab sesungguhnya umatmu tidak akan kuat mengerjakannya.
Sungguh, saya telah mencobanya kepada orang-orang sebelum kamu dari kaum Bani
Israil. Dan perintah tersebut lebih ringan dari pada perintah yang telah
diwajibkan kepadamu dan kepada umatmu itu. Pagi dua rakaat, sore dua rakaat,
namun umatku masih saja sulit dan tidak sanggup mengerjakannya. Mereka semua
sama-sama meninggalkannya.Sementara umatmu, lebih ringkih jasadnya, badannya,
hatinya, penglihatannya, dan pendengarannya.”Lalu Kanjeng Nabi menoleh ke arah
malaikat Jibril, meminta pertimbangan. Jibril menganggukkan kepala, sebagai
tanda mempersilahkan. Kanjeng Nabi lantas lekas-lekas kembali.
Hingga tiba di Syajaroh Sidrotil
Muntaha. Kanjeng Nabi kemudian diselimuti mendung. Kanjeng Nabi sujud dan
berkata: “Duh Tuhanku, semoga engkau berkenan memberi keringanan kepada umatku
sebab umatku adalah seringkih-ringkihnya umat.” Allah SWT berkata: “Aku kurangi
lima untuk umatmu.”
Lantas tersingkaplah kabut mendung.
Kanjeng Nabi kembali datang menghadap Nabi Musa AS, dan berkata: “Allah telah
mengurangi lima untukku.” Kemudian Nabi Musa AS berkata: “Berkenanlah untuk
kembali mengahadap Tuhanmu dan mintalah keringanan sekali lagi. Karena
sesungguhnya umatmu masih tidak mampu untuk mengerjakannya.”
Selanjutnya Kanjeng Nabi bolak-balik
dengan tiada henti-hentinya di antara Nabi Musa AS dan Allah SWT. Allah
memberikan keringanan lima-lima kepada Kanjeng Nabi hingga shalat lima puluh
waktu tersebut hanya tinggal lima waktu saja. Allah pun berkata kepada Kanjeng
Nabi: “Wahai Muhammad!” Kanjeng Nabi menjawab: “Aku sambut panggilan-Mu ya
Allah!” Allah berkata: “Shalat itu kerjakanlah dalam waktu sehari-semalam. Adapun
pahalanya setiap satu kali shalat adalah sepuluh kali lipat. Jadi, lima kali
shalatan itu sama halnya dengan pahala lima puluh kali shalat.Oleh sebab itu,
apa yang telah aku katakan, tidak akan pernah bisa diganti maupun dihapus, dan
itu telah menjadi ketetapanku. Dan siapa saja yang dengan sengaja berniat untuk
melakukan kebajikan, namun tidak bisa melaksanakan (sebab ada sesuatu udzur
syara’) maka ditulis satu kebaikan, namun jika dapat mengerjakannya, maka
ditulis sepuluh kebagusan.Barang siapa yang berniat maksiat, lantas tidak jadi
dikerjakannya, maka tidak akan ditulis apa-apa. Apa bila jadi mengerjakan
maksiat tersebut, maka ditulislah satu maksiat.”Setelah itu tersingkaplah
mendung yang menutupi Kanjeng Nabi dan beliau pun akhirnya turun hingga sampai
pada Nabi Musa AS kembali lantas Kanjeng Nabi memberi khabar padanya. Lantas
Nabi Musa AS berkata:: “Berkenanlah kiranya kamu ya Muhammad untuk kembali lagi
ke hadapan Allah, Tuhanmu untuk meminta keringanan. Sesungguhnya umatmu masih
belum sanggup untuk mengerjakannya.” Kanjeng Nabi menjawab: “Saya sudah
bolak-balik ke hadapan Allah SWT hingga saya merasa malu. Sekarang saya telah
ridla dan pasrah/ikhlas menerimanya.”Tidak lama kemudian, terdengarlah seruan:
“Sungguh aku telah mewajibkan akan sebuah kewajiban dan telah memberikan suatu
keringanan kepada hamba-Ku.” Setelah terdengar seruan itu, Nabi Musa AS lalu
berkata: “Silahkan, saya persilahkan kamu wahai Muhammad untuk turun sambil
menyebut nama Allah SWT.”Kemudian Kanjeng Nabi turun. Dan beliau tidak
mendahului rombongan para malaikat. Kecuali mereka semua saling berkata:
“Berkenanlah kamu ya Rasulullah untuk membiasakan canduk (mengeluarkan darah
kotor dari kepala).”
Dalam satu riwayat diterangkan: “Berkenanlah kamu kiranya ya Muhammad untuk memerintahkan kepada umatmu agar membiasakan canduk.” Lalu Kanjeng Nabi turun.
Kanjeng Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril: “Saya tidak menemukan penghuni langit, kecuali sama-sama menyambut kehadiranku dengan sambutan riang gembira. Dan semuanya sama-sama tersenyum manis untukku. Kecuali seorang malaikat. Saya mengucap salam kepadanya. Dia juga menjawab salam saya dan menyambut saya dengan penuh kebahagiaan. Dia juga mendoakan saya, namun dia tidak menunjukkan raut wajah yang menggembirakan kepadaku.”
Dalam satu riwayat diterangkan: “Berkenanlah kamu kiranya ya Muhammad untuk memerintahkan kepada umatmu agar membiasakan canduk.” Lalu Kanjeng Nabi turun.
Kanjeng Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril: “Saya tidak menemukan penghuni langit, kecuali sama-sama menyambut kehadiranku dengan sambutan riang gembira. Dan semuanya sama-sama tersenyum manis untukku. Kecuali seorang malaikat. Saya mengucap salam kepadanya. Dia juga menjawab salam saya dan menyambut saya dengan penuh kebahagiaan. Dia juga mendoakan saya, namun dia tidak menunjukkan raut wajah yang menggembirakan kepadaku.”
Jibril menjelaskan: “Seorang Malikat
tersebut adalah Malaikat Malik penjaga neraka. Dia tidak pernah menunjukkan
raut wajah yang menggembirakan semenjak diciptakan. Seumpama Malikat Malik
ingin menunjukkan raut wajah yang menggembirakan kepada orang lain, tentu saja
hanya kepadamu seorang ya Rasul.”
Ketika Kanjeng Nabi turun ke langit
dunia, beliau melihat ke bawah. Tiba-tiba beliau melihat debu yang tebal dan
smendengar suara yang menggemuruh. Lalu Kanjeng Nabi bertanya: “Apa itu ya
Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah perbuatan syetan yang berusaha untuk
menghalang-halangi manusia agar manusia tersebut tidak mampu memikirkan
keagungan Allah SWT baik di langit maupun di bumi. Seumpama syetan tidak
menggaggu dan tidak menghalang-halangi, sudah dapat dipastikan bahwa, semua
manusia akan mampu melihat keajaiban-keajaiban Allah SWT.”
Kanjeng Nabi lalu naik Buroq. Beliau
kemudian melihat unta-unta orang Quraisy berhamburan di sana-sini. Dan di dalam
rombongan unta-unta tersebut, ada satu unta yang membawa dua muatan. Satu
muatan berwarna hitam dan satu muatan berwarna putih.Ketika Kanjeng Nabi
mendekati unta-unta tersebuat, unta-unta itu semuanya saling berontak lari dan
berputar-putar lalu terjatuh hingga ada yang patah kakinya.Kanjeng Nabi lantas
mendahului iring-iringan orang yang mengendarai unta-unta yang lain. Di antara
metreka ada yang kehilangan untanya. Seluruh unta dikumpulkan dan dicarilah
unta yang hilang tersebut oleh orang banyak yang berasal dari Bani Fulan. Lalu Kanjeng
Nabi bersalam kepada orang berunta tersebut. Dan berkatalah sebagian orang dari
rombongan tadi: “Ini suaranya Muhammad!”Setelah semua itu, Kanjeng Nabi tiba di
tempat shohabat-shohabatnya menjelang waktu subuh di Makkah. Ketika sudah
subuh, beliau terlihat mengeluh-sedih dan mengerti jika sesungguhnya
orang-orang akan sama-sama mendustakannya. Kanjeng nabi lantas duduk bersandar
dan bersedih hati.Tidak lama kemudian muncullah musuh Allah SWT yaitu Abu
Jahal. Abu Jahal pun mendatangi Kanjeng Nabi dan ikut duduk bersama beliau. Abu
Jahal bertanya kepada Kanjeng Nabi seperti orang yang mengejek: “Apakah ada
berita yang ajaib Muhammad?” Kanjeng Nabi menjawab: “Iya, ada!” Abu Jahal
bertanya kembali: “Berita apakah itu?” Kanjeng Nabi menjawabnya: “Tadi malam
saya di-Isra’kan.” Abu Jahal bertanya lagi: “Kemanakah Isra’mu?” Kanjeng Nabi
menjawab: “Ke Baitul Maqdis.”Abu Jahal bertanya: “Sepagi inikah kamu sudah
hadir di tengah-tengah kita semua?” Kanjeng Nabi menjawab: “Ya!” Abu Jahal
tidak memperlihatkan kedustaanya kepada Kanjeng Nabi. Abu Jahal hawatir jika
Kanjeng Nabi akan berpaling dari ucapannya sehingga Abu Jahal pun memanggilkan
para kaum beliau.
Abu
Jahal bertanya: “Wahai Muhammad! Bagimana pendapatmu jika aku undang kaummu?
Apakah kamu berkenan untuk menceritakan kepada para kaummu apa yang telah kau
ceritakan kepadaku?” Kanjeng Nabi berkata: “Ya, saya mau!”Lalu Abu jahal
mengundang dan mengumumkannya: “Wahai kaum keturunan Bani Ka’ab bin Lu’ayin,
datanglah kemari kalian semuanya!” Lantas datanglah mereka semua untuk
menghadiri majelis tersebut. Orang-orang banyak yang berdatangan serta duduk di
depan kursinya Kanjeng Nabi dan Abu Jahal. Abu Jahal pun berkata: “Wahai
Muhammad! Berceritalah kamu kepada kaummu, tentang apa yang telah kau ceritakan
kepadaku!”Kemudian Rasulullah SAW pun bercerita: “Sesungguhnya saya tadi malam
telah di-Isra’kan.” Orang banyak sama-sama bertanya: “Ke mana?” Baginda Rasul
Menjawab: “Ke Baitul Maqdis.” Orang-orang pun bertanya kembali: “Apa sepagi
inikah kamu telah datang di tengah-tengah kita semua?” Baginda Rasul menjawab:
”Ya, benar!”Mendengar cerita
Rasulullah tersebut, kaum menjadi
gaduh. Ada yang bertepuk tangan. Ada yang meletakkan tangannya di kepalanya
sebab kagum. Suasana kaum menjadi gaduh. Kaum menganggapnya aneh dan sebuah
peristiwa besar. Lantas Mut’im bin Adi berkata: “Wahai Muhammad! Semua ceritamu
sebelumnya hanya biasa-biasa saja dan ringan, kecuali ceritamu pada hari ini.Saya
bersaksi: bahwa sesungguhnya kamu itu bohong dan seorang pembohong. Kita/saya
bepergian ke Baitul Maqdis dengan mengendarai unta itu membutuhkan rentang
waktu satu bulan. Apa mungkin kamu dapat sampai di Baitul Maqdis dalam rentang
waktu hanya semalam? Demi Latta dan Uzza, saya tidak percaya!”
Shohabat Abu Bakar berkata: “Wahai Mut’im! Sungguh hina ucapanmu kepada putra saudaramu sendiri. Kamu telah membuat malu dan mendustakan keponakanmu sendiri. Sementara itu, saya bersaksi bahwa Kanjeng Nabi Muhammad itu orang yang benar (saya percaya)!”
Shohabat Abu Bakar berkata: “Wahai Mut’im! Sungguh hina ucapanmu kepada putra saudaramu sendiri. Kamu telah membuat malu dan mendustakan keponakanmu sendiri. Sementara itu, saya bersaksi bahwa Kanjeng Nabi Muhammad itu orang yang benar (saya percaya)!”
Orang-orang saling bertanya: “Wahai
Muhammad! Cobalah kau sifati-jelaskanlah kepada kita semua tentang Baitul
Maqdis. Seperti apa bangunannya? Seperti apa bentuknya? Dan berapa
jarak-jauhnya dengan gunung? Sementara di dalam kumpulan kaum ini sudah ada
salah seorang yang pernah pergi ke Baitul Maqdis.” Lalu Kanjeng Nabi menyifati
Baitul Maqdis dengan jelas kepada kaumnya. Bagunannya, bentuknya, dan
jarak-jauhnya dengan gunung. Beliau menyifati dan menggambarkan semua keadaan
Baitul Maqdis secara jelas kepada kaumnya. Hanya ada satu hal yang tidak beliau
jelaskan yaitu tentang jumlah pintunya. Sebab itulah, hati Kanjeng Nabi pun
menjadi sedih. Belia tidak pernah merasakan kesedihan hati seperti saat itu.Tiba-tiba
beliau pun didatangkan gambar Masjid Baitul Maqdis yang terletak di dekat rumah
Akil bin Abi Tholib. Kaum Quraisy lalu saling bertanya: “Berapa banyakkah
jumlah pintu Baitul Maqdis?” padahal Kanjeng Nabi belum pernah menghitungnya.
Kemudian beliau melihat dan mengamati gambar
masjid serta menghitung jumlah pintunya dengan jelas. Lalu Kanjeng Nabi pun
menjawab dan memberitahukannya kepada mereka semua. Dengan sepontan Shohabat
Abu Bakar berkata: “Benar kamu ya Rasulullah. Kamu memang benar! Saya bersaksi
bahwa engkaulah utusan Allah SWT.”Kaum Quraisy saling berkata kepada Abu Bakar:
“Berkaitan dengan sifat-sifat masjid, demi Allah Muhammad memang benar. Namun
apakah engkau juga membenarkan jika Muhammad telah bepergian dalam kurun waktu
semalam ke Baitul Maqdis? Dan telah tiba kembali di tempat ini sebelum subuh?”
Abu Bakr menjawab: “Ya, justru itu, sesungguhnya saya sangat membenarkannya.
Saya juga percaya mengenai cerita Kanjeng Nabi yang naik ke langit (Mi’raj)
dalam kurun waktu sepagi atau sesore.” Sebab itulah
Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq
(orang yang cepat percaya).Lantas kaum Quraisy bertanya kepada Kanjeng Nabi:
“Wahai Muhammad! Coba kamu ceritakan tentang rombongan unta-unta kita (yang
sekarang baru bepergian ke Baitul Maqdis).” Kanjeng Nabi berkata: “Saya bertemu
rombongan unta Bani Fulan di Rukhaa yang kehilangan untanya dan mereka semua
saling mencarinya. Kemudian saya singgah sejenak, tapi saya tidak bertemu
dengan siapa-siapa. Tiba-tiba di tempat itu, saya menemukan semangkuk air. Air
itu lalu saya minum.Kemudian saya juga bertemu dengan rombongan unta-unta Bani
Fulan di sana-sini. Dan di tempat itu ada unta merah yang ada muatannya karug
hitam dan karung putih. Ketika saya melewatinya, rombongan unta-unta itu
sama-sama terkejut dan saling berlarian membuyarkan diri.Lalu saya bertemu
iring-iringan rombongan orang-orang yang naik unta dari Bani Fulan di Tan’im.
Unta yang terdepan berwarna kelabu yang
bergaris hitam. Unta tersebut membawa dua karung. Rombongan untan-unta tersebut
sebentar lagi akan tiba di sini.”Kaum Quraisy bertanya: “Kira-kira kapan
rombongan unta-unta itu akan tiba?” Kanjeng Nabi menjawab: “Hari Rabu!” Ketika
hari Rabu telah tiba, kaum Quraisy sama-sama menjemput dan menunggu
kedatangannya. Tidak disangka, hari Rabu pun hampir berselang, rombongan
unta-unta belum juga tiba. Kanjeng Nabi lalu berdo’a-meminta kepada Allah SWT
agar hari itu di tambah satu jam lagi dan matahari ditahan berhenti hingga iring-iringan
unta-unta itu tiba.Lantas kaum Quraisy sama-sama menjemput rombongan unta-unta
itu dan saling bertanya: “Apakah kalian kehilangan unta?” Rombongan tersebut
menjawab: “Iya, benar!” Perowi hadits menceritakan: “Kaum Quraisy saling
bertanya kepada rombongan unta-unta yang lain. Apa unta kalian yang berwarna
merah kakinya patah?” Mereka menjawabnya: “Iya, benar!” Kaum Quraisy bertanya
lagi: “Apakah di antara kalian ada yang memiliki semangkuk air?” Ada salah
seorang yang menjawab: “Saya bersumpah demi Allah, saya meletakkan semangkuk
air. Tidak ada seorang pun yang mengaku meminum air itu dan juga tidaklah
tumpah air itu ke tanah, namun airnya habis dengan sendirinya.”Pada Akhirnya
kaum Quraisy sama-sama menuduh kepada Kanjeng Nabi dan berucap: “Benar, apa
kata Al-Walid!” Sebab peristiwa tersebut, Allah pun menurunkan ayat: “Dan Aku
(Allah) tidak menciptakan ar-ru’ya (penglihatan dan pengetahuan yang telah
Kuperlihatkan ketika Isra’-Mi’raj), kecuali hanya menjadi fitnah-ujian bagi
manusia.”Berakhirlah kisah perjalanan Isra’-Mi’raj rasulullah Muhammad SAW.
Segala puji bagi Allah atas segala pertolongan-Nya.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
salam-Nya kepada Nabiullah Muhammad, keluarga, dan kepada para
shahabat-shahabat beliau dengan Rahmat dan Salam yang melimpah-ruah. Dan segala
puji tersebut, hanyalah milik Allah, Tuhan sekalian Alam, amin…Inilah sedikit
sumbangan saya dalam menterjemah kitab DARDIR, dengan harapan semoga tulisan
ini bermanfa’at bagi diri saya dan umumnya kepada semua pembaca.. tidak ada
kebenaran hanyalah kebenaran datangnya dari Allah Swt. Maka dari itu jika
pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan dalam penulisan terjemah kitab dardir
ini saya mohon ma’af dan mohon dibenarkan. Semoga
dengan keikhlasan hanya mengharap Ridha Allah semata tulisan ini menjadi amal
baik yang diterima oleh Allah Swt Amin….!!!![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
![](file:///C:/Users/ACER/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
PENULIS,
ABI ABD.RAHMAN ALHADI S.PDI
PENGASUH, PONDOK PESANTREN SABILUL MUTTAQIN, BASIRIH HULU SAMUDA, KO-TIM
KAL-TENg
TERJEMAH DARDIR KISAH ISRA’ MI’ROJ lil Imam Najmiddin
Al Ghoithy
Pada suatu ketika, saat malam telah
tiba. Kerlap-kerlip bintang di langit cerah menjadi pesona yang begitu
berharga. Menjadi saksi akan kemuliaan seorang manusia. Saat itu bertepatan
tanggal 27 Rojab 11 kenabian, Nabiullah Muhammad SAW beristirahat. Tidur
menyamping di samping Hijir Ismail. Dekat Baitullah. Di samping kanan dan kiri
beliau ada dua orang pemuda (Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Ja’far bin Abi
Tholib). Tiba-tiba di tempat tersebut, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril
dan Mikail. Selain kedua malaikat itu masih ada satu malaikat lagi, yaitu
Malaikat Isrofil. Kemudian ketiga malaikat itu membopong Nabiullah Muhammad
hingga sumur Zam-Zam.
Lantas Nabiullah Muhammad ditelentangkan di
sana. Adapun yang menjadi penanggung jawabnya adalah Malaikat Jibril.Di dalam
sebuah riwayat lain dijelaskan bahwa: tiba-tiba atap rumah saya tersingkap.
Lantas Malikat Jibril masuk. Setelah itu Jibril membedah/mengoperasi dada
Nabiullah Muhammad. Dimulai dari bawahnya leher hingga sampai di bawahnya
perut. Malaikat Jibril kemudian berucap kata kepada Malaikat Mikail: “Ambillah
bokor emas yang berisikan air Zam-Zam. Saya hendak menyucikan hati dan batinnya
(manah) Nabiullah Muhammad SAW. ” Setelah itu, Malikat Jibril mengeluarkan
hatinya Nabiullah Muhammad SAW sampai tiga kali. Dan membuang semua kotoran
yang terdapat di dalam batin Kanjeng Nabi. Adapun Malikat Mikail mondar-mandir
sambil membawa tiga bokor emas yang di dalamnya berisikan air Zam-Zam.
Setelah melakukan semua hal itu,
kemudian membawa bokor emas yang isinya penuh dengan hikmah dan iman.
Selanjutnya isi bokor tersebut ditumpahkan ke dalam hatinya Kajeng Nabi hingga
batin beliau berisi penuh dengan sifat: sabar, alim, yakin, dan islam. Lantas
dikembalikan seperti sediakala. Dan diberikan gelar kenabian oleh kedua
malaikat tersebut.
Selanjutnya Kanjeng Nabi Muhammad
disediakan kendaraan Buroq. Lengkap dengan pelana dan kendalinya. Buroq adalah
sejenis hewan yang berbuluh putih, tinggi melebihi Himar dan lebih pendek dari
Bighol. Sekali melangkahkan kakinya. Sejauh mata memandang. Kedua telinganya
selalu bergerak-gerak.Saat naik gunung, kedua sukunya yang belakang memanjang.
Dan saat turun gunung, kedua sukunya yang depan memanjang. Buroq itu memiliki
sepasang sayap di kedua pupuhnya. Kedua sayap itu berfungsi untuk membantu
kecepatan larinya. Buroq berjingkrak-jingkrak memperlihatkan kekuatannya.
Lantas Jibril meletakkan kedua tangannya tepat di kepala Buroq. Dan berkata:
“Tidakkah kamu malu, wahai Buroq? Demi Allah! Orang yang hendak menaikimu ini
adalah orang yang paling mulia di hadapan Allah SWT.” Lantas Buroq tersipu malu
hingga keringatnya berkucuran laksana rerintik hujan. Dan dia pun tenang.
Hingga Kanjeng Nabi naik di atas punggungnya.Buroq
itu sebenarnya sudah pernah dinaiki oleh para nabi sebelum Nabiullah Muhammad
SAW. Sa’id bin Musayyap menjelaskan bahwa: “Buroq itu merupakan kendaraannya
Nabi Ibrahim AS yang biasanya dinaiki untuk bepergian ke Baitul Haram (Mekah)”.Selanjutnya
Nabiullah Muhammad berangkat dengan didampingi Malikat Jibril di sebelah kanan
dan Malikat Mikail di sebelah kiri. Menurut keterangan Ibnu Sa’id: “Jibril
bagian memegang tempat duduknya, Mikail memegang tali kendalinya”Setelah itu
kembali melanjutkan perjalanannya hingga sampai di kebun kurma. Jibril berkata
kepada Kanjeng Nabi: “Saya persilahkan Kanjeng Nabi untuk turun, dan
bersedialah kiranya untuk mengerjakan shalat di tempat ini.” Selanjutnya
Kanjeng Nabi turun dan mengerjakan shalat sunnat dua rakaat. Kemudian berangkat
lagi. Jibril bertanya kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda Rasul, di
tempat manakah Baginda Rasul mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi menjawab:
“Saya tidak tahu.” Jibril berkata: “Baginda tadi shalat di Thoyyibah (Madinah)
……Di tempat itulah kelak Baginda Rasul akan berhijrah.”
Tidak lama kemudian Buroq berangkat
lagi dengan kecepatannya yang sangat kencang. Begitu sekali melangkahkan
kakinya, sejauh mata memandang. Laksana kilatan halilintar sudah sampai tempat
tujuan. Jibril berkata kepada Kanjeng Nabi: “Saya persilahkan Kanjeng Nabi
untuk turun, dan bersedialah kiranya untuk mengerjakan shalat di tempat ini.” Selanjutnya
Kanjeng Nabi turun dan mengerjakan shalat sunnat dua rakaat. Kemudian berangkat
lagi. Jibril bertanya kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda Rasul, di
tempat manakah Baginda mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi menjawab: “Saya
tidak tahu.” Jibril berkata: “Baginda tadi mengerjakan shalat di Madin di dekat
Sajaroh Musa (pohon tempat Nabi Musa berteduh ketika keluar dari Mesir, sebab
dikejar-kejar Raja Fir’un).”
Lantas Kanjeng Nabi berangkat
kembali: Buroq berlari dengan kencangnya. Dan berhentilah kembali. Jibril pun
berkata: “Saya persilahkan Kanjeng Nabi untuk turun, dan bersedialah untuk
mengerjakan shalat di tempat ini.” Selanjutnya Kanjeng Nabi turun dan
mengerjakan shalat sunnat dua rakaat. Kemudian berangkat lagi. Jibril bertanya
kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda Rasul, di tempat manakah Baginda
mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi menjawab: “Saya tidak tahu.” Jibril
berkata: “Baginda tadi shalat di Bukit Thursina. Tempat munajatnya Nabi Musa AS
dan tempat Nabi Musa AS beraudensi dengan Allah SWT.”Terus Kanjeng Nabi
melanjutkan perjalanannya kembali hingga tiba di tanah yang terlihat bangunan
gedung-gedung Negeri Syam berdiri kokoh. Jibril berkata: “Saya persilahkan
Kanjeng Nabi untuk turun, dan bersedialah untuk mengerjakan shalat di tempat
ini.” Selanjutnya Kanjeng Nabi turun dan mengerjakan shalat sunnat dua rakaat.
Kemudian berangkat lagi. Buroq berlari kencang. Larinya laksana
menyambar-nyambar. Jibril bertanya kepada Kanjeng Nabi: “Mengertikah ya Baginda
Rasul, di tempat manakah Baginda mengerjakan shalat tadi?” Kanjeng Nabi
menjawab: “Saya tidak tahu.” Jibril berkata: “Baginda tadi shalat di Betlehem,
tanah tempat Nabi Isa dilahirkan.”
Dan di tengah-tengah perjalanan,
saat Kanjeng Nabi masih berada di atas punggung Buroq. Tiba-tiba Kanjeng Nabi
melihat Jin Iffrit (Jin yang jahat). Yang bergegas mengikuti Kanjeng Nabi
dengan membawa sebuah obor. Setiap kali Kanjeng Nabi menoleh ke belakang, Jin
Iffrit terlihat masih ada. Selanjutnya Jibril berkata: “Apakah Baginda Rasul
menginginkan saya untuk mengajari baginda kalimat-kalimat, apabila
kalimat-kalimat itu Baginda baca, tentu akan padam obor tersebut dan Iffrit
akan tersungkur.”
Menjawab Kanjeng Nabi: :……Silahkan.” dan Jibril pun akhirnya berkata: :……Baginda Rasul saya persilahkan untuk membaca: Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mulia. Dan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Yang tidak dapat dilanggar oleh orang-orang shalih dan jahat. Serta dari bala’-kejahatan yang turun dari langit. Dan bahaya kejahatan yang naik ke langit. Pun dari kejahatan makhluk melata di bumi. Dan dari kejahatan hewan-hewan yang keluar dari dalam bumi (seperti ular, kalajengking, dan sebagainya). Serta dari bahaya fitnah-godaan di waktu malam dan siang tiba. Pun dari bencana yang datangnya tiba-tiba ketika waktu siang dan malam. Kecuali apabila datang sesuatu yang membawa rahmat-kesehatan. Wahai Dzat yang Maha Pengasih.” Dan akhirnya Jin Iffrit pun tersungkur.
Menjawab Kanjeng Nabi: :……Silahkan.” dan Jibril pun akhirnya berkata: :……Baginda Rasul saya persilahkan untuk membaca: Saya berlindung kepada Allah Yang Maha Mulia. Dan kalimat-kalimat Allah yang sempurna. Yang tidak dapat dilanggar oleh orang-orang shalih dan jahat. Serta dari bala’-kejahatan yang turun dari langit. Dan bahaya kejahatan yang naik ke langit. Pun dari kejahatan makhluk melata di bumi. Dan dari kejahatan hewan-hewan yang keluar dari dalam bumi (seperti ular, kalajengking, dan sebagainya). Serta dari bahaya fitnah-godaan di waktu malam dan siang tiba. Pun dari bencana yang datangnya tiba-tiba ketika waktu siang dan malam. Kecuali apabila datang sesuatu yang membawa rahmat-kesehatan. Wahai Dzat yang Maha Pengasih.” Dan akhirnya Jin Iffrit pun tersungkur.
Kemudian Kanjeng Nabi melanjutkan
perjalanannya kembali hingga tiba di sebuah umat yang saat itu sedang bercocok
tanam. Namun anehnya, tanaman yang baru saja ditanam itu dengan seketika bisa
dipanen. Setiap kali dipanen, tanaman itu langsung kembali seperti semula.
Kanjeng Nabi bertanya kepada Malikat Jibril: “Apa maksudnya dari semua itu?”
Jibril menjawab: “Semua itu merupakan contoh dari umat Baginda Rasul yang
berjihad berjuang fi sabilillah. Satu amal shalih akan dilipat gandakan
pahalanya hingga tujuh ratus kebaikan …… Serta contohnya orang-orang yang suka
berinfaq harta benda, tenaga, dan pikirannya guna menyiarkan agama islam. Semua
itu adalah sebagai ganti dari Allah SWT.
Selanjutnya Kanjeng Nabi mencium
aroma yang sangat sedap keharumannya. Kanjeng Nabi bertanya: “Jibril, aroma
harum apakah ini?” Jibril menimpali: “Ini adalah aroma harum Ibu Masyitoh.
Seorang wanita yang bekerja sebagai juru sisir Raja Fir’un dan putri-putrinya.
Suatu ketika, Masyito menyisir rambut putrinya Raja Fir’un. Tiba-tiba sisirnya
terjatuh. Dengan sepontan Ibu Masyitoh bibirnya mengucap: ….. Dengan menyebut
nama Allah, dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang. Celakalah Fir’un.” Putri
Fir’un mendengar ucapan itu. Dia terkejut dan bertanya: “Apakah kamu mempunyai
tuhan selain Bapak saya?” Masyitoh menjawab: “Ya!”. Putri Fir’un bertanya
kembali: “Beranikah kamu, saya laporkan kepada bapak saya atas apa yang baru
saja kamu ucapkan?” Masyitoh menjawab: “Silahkan!” Lantas Putri Raja Fir’un
tersebut melaporkan semua perkataan yang telah diucapkan Masyitoh kepada Raja
Fir’un. Selanjutnya Fir’un memanggil Msyitoh untuk menghadap dan bertanya:
“Apakah kamu mempunyai tuhan selain saya?” Kemudian Masyitoh pun menjawabnya
dengan tegas: “Iya, benar. Tuhan saya dan tuhan Baginda Raja itu adalah Allah
SWT.”
Dewi Msyitoh itu memiliki dua putra
laki-laki dan seorang suami. Setelah itu Raja Fir’un memanggil ke hadapannya
dengan maksud ingin membujuk dan mempengaruhi agar Masyitoh dan suaminya
berkenan meninggalkan agamanya. Namun Masyitoh dan suaminya tetap tidak mau
murtad (menolaknya). Fir’un kemudian berkata: “Kalau begitu, saya akan
benar-benar menghukum mati kalian berdua!” Dewi Msyitoh menjawabnya: “Silahkan!
Saya hanya meminta yang terbaik dari Baginda Raja. Apabila kami semua jadi
dibunuh, saya berharap agar ditempatkan dalam satu tempat yang sama dan dikubur
dalam satu kuburan yang sama pula.” Fir’un membalasnya: “Ini jadi hakmu. Saya
akan melaksanakannya.” Raja Fir’un lalu memberi perintah agar segera menyiapkan
ke’nce’ng dembogo (penggorengan yang terbuat dari tembaga yang sagat besar).
Dan diisi dengan minyak Zaitun. Pun dipanaskan hingga mendidih. Selanjutnya
Raja Fir’un memerintahkan agar Masyitoh beserta putra-putrinya segera dimasukan
ke dalam tempat penggorengan tersebut.
Tidak lama kemudian, mereka semua di
masukkan satu persatu hingga anaknya yang masih bayi dan baru berumur delapan
bulan. Saat itu hati Dewi Masyito sempat ragu-ragu, keimanannya goyah. Lantas
bayi yang masih menyusu itu berkata: “Wahai Ibuku! Bersedialah Ibu untuk segera
mencelupkan diri. Janganlah maju-mundur, karena sesungguhnya Ibu itu memegang teguh
sebuah kebenaran.” Selanjutnya Masyito beserta putra-putrinya dimasukkan ke
dalam tempat penggorengan yang mendidih tersebut.Perowi hadits berkata: “Bayi
yang sudah sanggup berbicara semenjak ia berada di dalam ayunan itu ada empat:
1) Bayinya Dewi Masyitoh, 2) Bayi yang menjadi saksinya Nabi Yusuf, 3) Bayi
saksinya Juraij, 4) Bayi Nabi Isa bin Maryam AS.”Lantas Kanjeng Nabi
melanjutkan perjalanannya kembali. Dalam perjalanan berikutnya, beliau bertemu
dengan sekelompok orang yang memukul-mukul kepalanya sendiri dengan palu godam
hingga kepalanya pecah. Tidak lama kemudian kepala tersebut kembali utuh
seperti sediakala.
Kemudian orang-orang tersebut
kembali memukulinya lagi dengan tiada henti-hentinya. Kanjeng Nabi bertanya:
“Jibril, siapa orang-orang tersebut?” Jibril menjawab: “Mereka adalah gambaran
dari orang-orang yang berat dan bermalas-malasan dalam mengerjakan shalat
maktubah.”Setelah itu, Kanjeng Nabi meneruskan perjalanannya hingga bertemu
dengan sekelompok orang yang semuanya setengah telanjang (hanya bercawat.
Sekedar menutupi kemaluannya saja) yang digembalakan seperti unta dan kambing
(digiring). Orang-orang tersebut memakan tumbuh-tumbuhan yang berduri dan
Zakum. Bara dan batu mengangah dari neraka Jahannam. Kanjeng Nabi bertanya:
“Siapa orang-orang tersebut?” Jibril menjawab: “Mereka adalah contoh dari
sebagian umat Baginda Rasul yang sudah waktunya mengeluarkan zakat namun enggan
mengeluarkan zakat. Yang seperti itu, bukanlah Allah yang menyengsarakannya,
(namun akibat dari perbuatannya sendiri yang menyengsarakannya).”Lantas Kanjeng
Nabi meneruskan perjalanannya kembali. Kemudian bertemulah beliau dengan
sekelompok orang yang jumlahnya sangatlah banyak. Mereka menunggu daging matang
yang masih segar yang berada di dalam kuwali (cawan besar) dan daging lain yang
masih mentah serta busuk. Anehnya, orang-orang tersebut memakan daging yang
busuk dan meninggalkan daging yang matang lagi enak. Kanjeng Nabi berkata:
“Siapa mereka ya Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah contohnya orang laki-laki
dari umat Baginda Rasul yang sudah memiliki istri yang halal dan bagus, namun
masih saja melakukan perbuatan zinah dengan wanita lain yang tidak halal serta
buruk. Hingga lelaki tersebut menidurinya sampai pagi tiba. Serta contohnya
seorang wanita yang sudah mempunyai suami halal dan baik, namun masih saja
melakukan perbuatan zinah dengan lelaki lain yang buruk.
Serta tidur bersama lelaki tersebut
hingga pagi tiba.”Kanjeng Nabi meneruskan kembali perjalanannya lantas bertemu
dengan sebatang pohon yang penuh dengan duri melintang di tengah-tengah jalan.
Hendak menyobek baju dan menyakiti sekujur tubuh orang-orang yang lewat di
tempat itu. Kanjeng Nabi bertanya: “Maksudnya apa semua ini wahai Jibril?”
Jibril menjawab: “Semua ini adalah sebagian contoh dari umat Baginda Rasul yang
senang begadang di pinggir jalan dan dalam begadangnya tersebut, mereka kerap
membuat usil kepada orang-orang yang hendak melintas di depannya, sementara
orang yang melintas tadi hendak melakukan perbuatan baik dan mulia.” Kemudian Jibril
membaca sebuah ayat: “Dan janganlah kamu sekalian begadang di tepi-tepi jalan
dengan maksud mengganggu dan berbuat usil kepada orang-orang yang hendak lewat,
dan janganlah kalian semua menghalang-halangi agama Allah SWT.” (Al-Akhzab:56).Selanjutnya
Kanjeng Nabi meneruskan perjalanannya kembali hingga bertemu dengan orang-orang
yang berenang di sungai darah yang dilempari bebatuan. Kanjeng Nabi bertanya:
“Apa artinya semua ini wahai Jibril?” Jibril menjawab: “Semua itu merupakan
sebagian contoh dari orang-orang yang kerap memakan harta riba.”
Setelah itu Kanjeng Nabi berangkat
kembali untuk melanjutkan perjalanannya. Beliau kemudian bertemu dengan
orang-orang yang mengumpulkan kayu bakar, yang mengikat kayu tersebut dalam
satu ikatan yang besar. Mereka tidak kuat memanggul kayu-kayu tersebut namun
justru malah ditambahi beban kayu lagi. Kanjeng nabi berkata: “Apakah maksud
semua itu Jibril?” Jibril menjawab: “Semua itu adalah sebagian contoh dari umat
Baginda Rasul yang sudah banyak menerima tanggungan dan amanah dari sesamanya.
Mereka sudah tidak mampu lagi melaksanakan tanggungan dan amanah tersebut namun
masih berkenan menerima bahkan masih mencari-cari tanggungan dan amanah lagi.
(seperti: hutang belum dibayar, namun sudah hutang lagi, dan hutang lagi)”.
Kemudian Kanjeng nabi berangkat lagi
dan bertemu dengan sekelompok orang yang saling mengguntingi lisan dan bibirnya
sendiri-sendiri dengan menggunakan gunting besi. Setiap kali digunting, lisan
dan bibirnya terputus. Setelah itu kembali utuh seperti semula. Begitu
seterusnya. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa meraka wahai Jibril?” Jibril
menjawab: “Mereka adalah ahli fitnah (suka memfitnah) dan merupakan sebagian
contoh dari umat Baginda Rasul yang ahli nasihat. Ahli memberi pembelajaran
kepada orang banyak. Suka mengajak kepada kebaikan dan kemaslahatan namun
dirinya sendiri tidak pernah mengerjakannya (tindakan menasehatinya hanya
berorientasi pada harta, tahta, kedudukan, dan suka dimuliakan).”Setelah itu,
Kanjeng Nabi berjumpa dengan sekelompok kaum yang mencakar-cakar wajah dan
dadanya sendiri-sendiri dengan kuku yang terbuat dari tembaga yang sangat
tajam. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab:
“Mereka adalah sebagian contoh dari oran-orang yang suka memakan daging manusia
(kanibal). Artinya: orang-orang tersebut adalah orang-orang yang ahli
mengumpat, senang menyebarluaskan aib orang lain. Senang membuat nama baik
orang lain menjadi tercemar.”
Kanjeng Nabi berangkat meneruskan
perjalanannya kembali, lantas menjumpai sebuah lubang yang sangat kecil. Dari
dalamnya keluar sapi yang sangat besar. Sapi tersebut berusaha ingin masuk ke
dalam lubang yang sangat kecil itu lagi, namun tidak bisa masuk. Kanjeng Nabi
bertanya: “Apa maksud dari semua ini Jibril?” Jibril menjawab: “Semua ini
adalah sebagian contoh dari umat Baginda Rasul yang salah berbicara. Mereka
sudah terlanjur berbicara sedangkan ucapan yang diutarakan tadi adalah ucapan
yang bersifat penting-rahasia-berbahya-merusak di dunia dan akhirat. Namun pada
akhirnya mereka menyesali semua ucapannya tadi. Tentu saja ucapan tersebut
tidak dapat ditarik kembali.”Dalam penjelasan isra’ mi’raj tersebut, Kanjeng
Nabi tiba-tiba dipanggil-panggil oleh seseorang dari arah kanan: “Wahai
Muhammad! Bersedialah kamu untuk berhenti sebentar. Saya hendak bertanya
sesuatu kepadamu.” Namun Kanjeng Nabi tidak menolehkan kepalanya sedikitpun dan
enggan menjawab seruan orang tersebut. Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah seruan dari orang Yahudi. Ingatlah!
Seumpama Baginda Rasul tadi berkenan menjawab seruan itu, sudah barang tentu
umat Baginda Rasul akan menjadi Yahudi semuanya.”Lantas Kanjeng Nabi berangkat
lagi. Tiba-tiba beliau dipanggil-panggil seseorang dari arah kiri: “Wahai
Muhammad, saya meminta kamu untuk berhenti sejenak dan menunggu saya. Saya
ingin bertanya sesuatu hal kepadamu.” Namun Kanjeng Nabi tidak menghiraukannya.
Kanjeng Nabi berkata: “Siapa lagi itu ya Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah
seruan yang berasal dari orang Nasrani. Ingatlah! Seumpama Baginda Rasul
menjawab panggilan orang tersebut, tentu umat Baginda Rasul akan menjadi
Nasrani semuanya.”Selanjutnya Kanjeng Nabi berangkat lagi. Tiba-tiba beliau
berjumpa dengan seorang wanita yang kedua lengannya terbuka. Dia memakai perhiasan
yang serba indah. Dia kemudian memanggil-manggil: “Wahai Muhammad, bersedialah
kamu untuk berhenti sebentar saja. Saya hendak bertanya kepadamu tentang suatu
hal.” Namun Kanjeng Nabi enggan berhenti, tidak menoleh, dan tidak
menghiraukannya. Kanjeng Nabi berkata: “Siapa wanita tersebut ya Jibril?”
Jibril menjawab: “Itulah dunia. Seumpama Baginda Rasul tadi menjawabnya, sudah
barang tentu seluruh umat Baginda Rasul akan memilih kehidupan dunia dan enggan
memperhatikan kehidupan akhirat.” Dikisahkan dalam sebuah syair:“Ingatlah:
bahwa sesungguhnya dunia itu hanyalah tempat bersinggah bagi seseorang. Menetap
di kala malam hari dan ketika pagi tiba, ia akan segera pergi lagi.”
Kemudian Kanjeng Nabi berangkat
untuk melanjutkan perjalanannya kembali. Tiba-tiba beliau berjumpa dengan orang
tua di tepi jalan. Dia memanggil-manggil: “Wahai Muhammad! Kemarilah sebentar!”
Jibril berkata: “Bergegaslah dalam melangkah ya Rasulullah!” Lantas Kanjeng
Nabi bertanya: “Siapakah orang tua tersebut ya Jibril?” Jibril menjawab: “Dia
adalah musuh Allah SWT. Dia tidak lain adalah Iblis. Dia berusaha untuk
menggoda Baginda Rasul agar berkenan mengikuti perbuatannya.”
Kanjeng Nabi mengayunkan kakinya
kembali. Tiba-tiba berjumpa dengan seorang wanita yang sudah lanjut usia.
Wanita tersebut berada di tepi jalan. Dia memanggil-manggil kepada Kanjeng
Nabi: “Wahai Muhammad! Saya mohon kepadamu agar kamu berkenan untuk berhenti
sejenak! Hamba hendak bertanya kepadamu.” Kanjeng nabi tidak menolehnya dan
bahkan tidak menghiraukannya. Lantas Kanjeng Nabi berkata: “Siapa dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah sedikit gambaran dari alam dunia yang
usianya sudah sangat tua renta (sudah sangat dekat dengan datangnya hari
kiamat).”Setelah itu, Kanjeng Nabi melanjutkan perjalanannya kembali hingga
sampai di Baitul Maqdis (Palestina). Beliau masuk lewat pintu gerbang Al-Yamani
(kanan). Lantas Kanjeng Nabi turun dari Buroq dan mengikat Buroq tersebut di
dekat Masjidil Aqsho. Di mana tempat itu adalah tempat yang dahulu pernah
dijadikan oleh para Nabi untuk mengikat Buroqnya
Menurut salah satu riwayat: Malaikat Jibril mendekati sebuah batu yang sangat besar. Batu tersebut kemudian dilubangi oleh Jibril. Dan Buroq pun akhirnya diikat di bati tersebut. Lantas Kanjeng Nabi masuk ke dalam Masjidil Aqsho melalui pintu yang dicondongi matahari dan rembulan ketika baru terbit. Selanjutnya Kanjeng Nabi mengerjakan shalat dua rakaat berjamaah dengan Malikat Jibril.
Menurut salah satu riwayat: Malaikat Jibril mendekati sebuah batu yang sangat besar. Batu tersebut kemudian dilubangi oleh Jibril. Dan Buroq pun akhirnya diikat di bati tersebut. Lantas Kanjeng Nabi masuk ke dalam Masjidil Aqsho melalui pintu yang dicondongi matahari dan rembulan ketika baru terbit. Selanjutnya Kanjeng Nabi mengerjakan shalat dua rakaat berjamaah dengan Malikat Jibril.
Tidak lama kemudian, berkumpullah
para nabi. Kanjeng Nabi melihat dan memperhatikan para nabi tersebut, sebagian
ada yang masih berdiri, ada yang ruku’, ada pula yang sujud. Lantas ada yang
beradzan dan dilanjutkan iqomah. Para nabi itu berdiri dan berbaris semuanya
hingga menjadi beberapa shaf. Semuanya menunggu siapa yang akan menjadi imam shalat
jamaah saat itu. Kemudian Jibril memegang tangan Kanjeng Nabi dan menariknya ke
depan untuk menjadi imam. Selanjutnya Kanjeng Nabi pun menjadi imam dari para
nabi untuk mengerjakan shalat dua rakaat.
Menurut riwayat Imam Ka’ab:
“Malaikat Jibril yang beradzan. Lantas seluruh malaikat pun berbondong-bondong
turun dari langit. Dan Allah SWT mengumpulkan seluruh nabi dan rasul.
Selanjutnya Kanjeng Nabi menjadi imam shalat dari seluruh malaikat, nabi, dan rasul.”Setelah
salam, Jibril bertanya: “Wahai Muhammad! Tahukah kamu, siapa orang-orang yang
shalat di belakangmu tadi?” Kanjeng Nabi berkata: “Saya tidak tahu!” Jibril
menimpali: “Semuanya tadi, adalah para nabi dan rasul yang diutus oleh Allah
SWT.”
Lantas para nabi dan rasul tersebut saling memuji Allah dengan puji-pujian yang bagus. Kemudian Kanjeng Nabi berkata: “Kamu sekalian saling memuji-muji kepada Tuhanmu. Dan saya juga akan memuja dan memuji-muji kepada Tuhan saya.”
Lantas para nabi dan rasul tersebut saling memuji Allah dengan puji-pujian yang bagus. Kemudian Kanjeng Nabi berkata: “Kamu sekalian saling memuji-muji kepada Tuhanmu. Dan saya juga akan memuja dan memuji-muji kepada Tuhan saya.”
Selanjutnya Kanjeng Nabi bergegas
mengucap puji-pujian: “Segala puji itu hanya milik Allah. Dzat yang telah
mengutusku sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan kepada manusia dengan memberi
kebahagiaan surga bagi orang yang patuh-taat. Dan menakut-nakuti dengan neraka
bagi orang yang durhaka. Dan Allah SWT telah menurunkan Al-Quran kepadaku yang
di dalamnya itu terdapat keterangan-keterangan tentang seluruh hal. Dan telah
menjadikan umatku lebih bagus dari seluruh umat terdahulu. Yang dilahirkan
untuk manusia yang lain. Dan telah dijadikan umatku menjadi umat yang
“tengah-tengah-sedengan-dan pilihan”. Dan telah dijadikan umatku sebagai umat
yang pertama dalam permulaan menakdirkan makhluk dan wujud umat yang terakhir.
Dan Allah telah melapangkan dada dan hatiku, serta mengampuni segala dosaku.
Dan telah mengangkat derajat serta namaku. Dan yang telah menjadikanku nabi
yang paling awal dan paling akhir.”
Nabi Ibrahim AS berkata: “Sebab
perkataan Kanjeng Nabi tersebut, Kanjeng Nabi dimuliakan Allah SWT melebihi
kemuliaan seluruh nabi dan rasul.” Saat itu Kanjeng Nabi merasakan rasa haus
yang begitu dahsyat. Jibril kemudian datang dengan membawa segelas arak dan
segelas susu. Lantas Kanjeng Nabi mengambil dan memilih susu. Jibril berkata:
“Baginda Rasul telah memilih fitrah (agama islam). Seumpama Baginda Rasul
memilih arak, sudah dapat dipastikan bahwa umat Baginda Rasul akan banyak yang
bersifat durhaka dan tidak ada yang menaati Baginda Rasul, kecuali hanya
sedikit saja.
Menurut riwayat lain: “Sesungguhnya
gelas yang telah dihidangkan itu ada tiga: adapun gelas yang nomor tiga
tersebut berisi air putih. Jibril berkata: Seumpama Baginda Rasul tadi meminum
air putih, sudah barang tentu umat Baginda Rasul akan mati tenggelam dalam
kemaksiatan.Dalam riwayat lain juga dijelaskan: “Gelas yang nomor tiga tersebut
adalah madu yang merupakan pengganti dari air putih.”Dan sesungguhnya Kanjeng
Nabi juga melihat dan memperhatikan beberapa bidadari yang berada di sebelah
kiri batu besar. Setelah itu beliau bersalam dan bidadari-bidadari itu pun
menjawab salam beliau. Selanjutnya Kanjeng Nabi bertanya kepada para bidadari
tersebut. Bidadari menjawabnya dengan perangai wajah yang berseri-seri dan
membahagiakan pandangan.
Kanjeng Nabi lantas disediakan tangga. Sebuah alat untuk naiknya roh-roh manusia yang beriman. Tangga tersebut sangatlah bagus dan indah yang tiada bandingnya. Satu tangga terbuat dari perak dan satu tangga yang lain terbuat dari emas. Tangga tersebut berasal dari surga Firdaus. Tangga tersebut disemprot dengan lu’lu’-mutiara. Di sebelah kanan tangga ada malaikat. Di sebelah kirinya juga terdapat malaikat.Lantas Kanjeng Nabi naik tangga bersamaan dengan malaikat Jibril hingga keduanya tiba di sebuah pintu dari beberapa pintu langit dunia, yang disebut dengan Babul Hafadhah. Di pintu tersebut terdapat penjaganya yang bernama Malaikat Ismail. Beliau yang diperintahkan sebagai penjaga langit dunia yang bertempat di angkasa. Selama-lamanya Malikat Ismail tidak pernah naik ke langit atasnya dan beliau juga tidak akan pernah turun ke bumi, kecuali ketika hari wafatnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Kanjeng Nabi lantas disediakan tangga. Sebuah alat untuk naiknya roh-roh manusia yang beriman. Tangga tersebut sangatlah bagus dan indah yang tiada bandingnya. Satu tangga terbuat dari perak dan satu tangga yang lain terbuat dari emas. Tangga tersebut berasal dari surga Firdaus. Tangga tersebut disemprot dengan lu’lu’-mutiara. Di sebelah kanan tangga ada malaikat. Di sebelah kirinya juga terdapat malaikat.Lantas Kanjeng Nabi naik tangga bersamaan dengan malaikat Jibril hingga keduanya tiba di sebuah pintu dari beberapa pintu langit dunia, yang disebut dengan Babul Hafadhah. Di pintu tersebut terdapat penjaganya yang bernama Malaikat Ismail. Beliau yang diperintahkan sebagai penjaga langit dunia yang bertempat di angkasa. Selama-lamanya Malikat Ismail tidak pernah naik ke langit atasnya dan beliau juga tidak akan pernah turun ke bumi, kecuali ketika hari wafatnya Baginda Rasulullah Muhammad SAW.
Adapun jumlah pengawal Malaikat
Ismail adalah tujuh puluh ribu malaikat. Dan setiap satu orang malaikat
ditemani tujuh puluh ribu malaikat. Selanjutnya Malaikat Jibril mengetuk pintu
langit. Dan ditanyalah Malaikat Jibril: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya
Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya
bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh
Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian
dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Saya bersyukur atas anugrah
dari Allah SWT, sebab saya dapat bertatap muka dengan Baginda Rasul dan menjadi
bagian dari keluarga Baginda Rasul. Semoga dimuliakan Allah SWT, saudara: yang
seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama
Allah SWT. Demikianlah sebagus-bagusnya saudara seiman, wakilnya Allah SWT, dan
sebagus-bagusnya orang yang datang.
Lantas pintu langit pun segera di
buka, tatkala keduanya masuk. Tiba-tiba di tempat tersebut berjumpa dengan Nabi
Adam AS, yaitu bapak dari seluruh umat manusia. Adapun keberadaannya masih
tetap sama seperti ketika diciptakan oleh Allah SWT (kulitnya tetap putih
kemerah-merahan dan bercahaya, tinggi badanya kira-kira 60 dziro’ atau kurang
lebih 29 meter. Lebar dadanya kurang lebih 7 dziro’ atau kurang lebih 3 meter) Didatangkan
kepada Nabi Adam AS arwahnya para nabi dan keturunannya yang beriman. Lantas
Nabi Adam berkata: “Roh suci dan sukma yang bagus! Sama-sama masuklah kalian
semua di dalam surga Firdaus / Illiyyin.”Lantas didatangkan lagi kepada Nabi
Adam AS roh-roh keturunannya yang sama-sama kafir. Dan Nabi Adam AS pun
berkata: “Roh-roh yang busuk dan sukma yang durhaka, sama-sama masuklah kalian
semua di dalam neraka Sijjin.”
Dan Nabi Adam AS melihat dari arah kanannya ada bayang-bayang (gerombolan-gerombolan nyawa) hitam dan pintu. Dan dari pintu tersebut, keluarlah aroma yang sangat semerbak harum. Dan dari arah kiri, Nabi Adam AS melihat bayang-bayang dan pintu. Dari pintu tersebut keluarlah aroma yang yang sangat busuk dan menyengat.
Dan Nabi Adam AS melihat dari arah kanannya ada bayang-bayang (gerombolan-gerombolan nyawa) hitam dan pintu. Dan dari pintu tersebut, keluarlah aroma yang sangat semerbak harum. Dan dari arah kiri, Nabi Adam AS melihat bayang-bayang dan pintu. Dari pintu tersebut keluarlah aroma yang yang sangat busuk dan menyengat.
Ketika Nabi Adam AS menoleh ke arah
kanan, dirinya bangga dan bergembira. Dan ketika menoleh ke kiri, dirinya sedih
dan menangis.
Lantas Kanjeng Nabi bersalam kepada
Nabi Adam AS. Dan Nabi Adam AS pun menjawab salam beliau. Nabi Adam AS lantas
berkata: “Selamat datang wahai anakku yang shalih dan nabi yang shalih.” Lantas
Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa itu ya Jibril?” Jibril menjawab: “Beliau adalah
Bapak moyang Baginda Rasul, yaitu Nabi Adam AS. Adapun bayang-bayang hitam itu
adalah keturunan Nabi Adam AS.Sementara itu, gerombolan-gerombolan hitam sisi
kanan adalah ahli surga, dan yang sisi kiri adalah ahli neraka.”
Apabila Nabi Adam AS melihat ke sisi
kanan, beliau bangga dan bahagia hatinya. Dan apabila melihat ke sisi kiri,
Nabi Adam AS menangis dan bersedih hati.
Pintu sebelah kanan adalah pintu surga. Ketika nabi Adam AS melihat anak keturunannya sama-sama masuk surga, hatinya bangga dan berbahagia.
Pintu sebelah kanan adalah pintu surga. Ketika nabi Adam AS melihat anak keturunannya sama-sama masuk surga, hatinya bangga dan berbahagia.
Adapun pintu sebelah kiri adalah
pintu neraka. Ketika Nabi Adam AS melihat anak keturunannya sama-sama masuk
neraka, hatinya menangis dan bersedih.
Lantas Kanjeng Nabi melanjutklan perjalanannya kembali yang tidak jauh dari tempat tadi. Dan bertemulah beliau dengan orang-orang yang senang memakan harta riba dan harta benda anak yatim. Beliau juga bertemu dengan orang-orang yang gemar berzina dan sebagainya. Keberadaan mereka sangat menyedihkan dan mengenaskan (buruk). Seperti fenomena terdahulu. Justru malah lebih menyedihkan.Lantas Kanjeng Nabi naik kembali ke langit yang kedua. Jibril mengetuk puntu langit dan meminta izin untuk masuk. Penjaga langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas penjaga langit bertanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Aduh … …, Saya rasa, saya mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat bertatap muka dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan. Semoga Baginda Rasul dimuliakan Allah SWT, dan saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Demikianlah sebagus-bagusnya saudara seiman, wakilnya Allah SWT, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Lantas Kanjeng Nabi melanjutklan perjalanannya kembali yang tidak jauh dari tempat tadi. Dan bertemulah beliau dengan orang-orang yang senang memakan harta riba dan harta benda anak yatim. Beliau juga bertemu dengan orang-orang yang gemar berzina dan sebagainya. Keberadaan mereka sangat menyedihkan dan mengenaskan (buruk). Seperti fenomena terdahulu. Justru malah lebih menyedihkan.Lantas Kanjeng Nabi naik kembali ke langit yang kedua. Jibril mengetuk puntu langit dan meminta izin untuk masuk. Penjaga langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas penjaga langit bertanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Aduh … …, Saya rasa, saya mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat bertatap muka dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan. Semoga Baginda Rasul dimuliakan Allah SWT, dan saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Demikianlah sebagus-bagusnya saudara seiman, wakilnya Allah SWT, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Kemudian pintu langit pun segera
dibuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka bertemu dengan Nabi Isa
AS bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakaria yang keduanya hampir serupa pakaian
dan rambutnya (ibunya nabi Yahya masih bersaudara dengan Dewi Maryam). Keduanya
ditemani oleh sekelompok kaumnya.
Nabi Isa itu berperawakan standar. Kulitnya putih kemerah-merahan. Rambutnya panjang, kelihatan seperti orang yang baru saja mandi. Wajahnya serupa dengan Yarwah bin Mas’ud-ats Tsaqafi.
Nabi Isa itu berperawakan standar. Kulitnya putih kemerah-merahan. Rambutnya panjang, kelihatan seperti orang yang baru saja mandi. Wajahnya serupa dengan Yarwah bin Mas’ud-ats Tsaqafi.
Kanjeng Nabi lantas berucap salam
kepada Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Keduanya menjawab salam tersebut dan
berkata: “Selamat datang saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Keduanya
pun mendoakan Kanjeng Nabi dengan do’a yang bagus.
Lantas Kanjen Nabi dan Malikat Jibril naik ke Langit yang ketiga. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit pun bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Sungguh saya telah mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat berjumpa dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan dengan Baginda Rasul. Semoga baginda rasul dimuliakan Allah SWT, saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Itulah semulya-mulyanya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Lantas Kanjen Nabi dan Malikat Jibril naik ke Langit yang ketiga. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit. Penjaga pintu langit pun bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Baru kemudian dipersilahkan: “Silahkan masuk! Selamat datang! Sungguh saya telah mendapat anugrah dari Allah SWT, sebab saya dapat berjumpa dengan Baginda Rasul dan menjalin persaudaraan dengan Baginda Rasul. Semoga baginda rasul dimuliakan Allah SWT, saudara-saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Itulah semulya-mulyanya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Kemudian pintu langit pun segera
dibuka. Ketika keduanya telah masuk, tiba-tiba mereka berdua berjumpa dengan
Nabi Yusuf AS yang ditemani oleh sebagian umatnya. Kanjeng Nabi bersalam kepada
Nabi Yusuf AS. Lantas Nabi Yusuf AS menjawab salam tersebut. Dan berkatalah
Nabi Yusuf AS: “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang
shalih!” Nabi Yusuf pun mendo’akan Kanjeng Nabi dengan do’a yang luhur.
Ketampanan Nabi Yusuf tersebut
menyamai setengah dari ketampanan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Menurut salah satu
riwayat: “Nabi Yusuf itu dianugrahi raut wajah yang indah melebihi keindahan
wajah seluruh umat manusia. Wajahnya laksana bulan purnama yang sinar terangnya
melebihi terang sinar semua bintang.” Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai
Jibril?” Jibril menjawab: “Dia adalah saudara Baginda Rasul. Namanya Nabi Yusuf
AS.”
Lantas Kanjeng Nabi dan Malikat
Jibril naik lagi ke langit yang keempat. Dan Jibril meminta izin agar dibukakan
pintunya. Penjaga langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya Jibril!”
Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya bersama
Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh Allahkah
kamu untuk datang kemari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Penjaga langit lantas
berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga kalian berdua dimuliakan Allah
SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan para da’i (wakil dari Allah) yang
telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Begitulah semulia-mulianya saudara
seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang datang.
Pintu langit lalu dibukakan. Setelah
itu mereka berdua masuk. Tiba-tiba Kanjeng Nabi dan Malikat Jibril bertemu dengan
Nabi Idris AS yang dimuliakan Allah SWT di tempat yang tinggi dan mulia.
Kanjeng Nabi bersalam. Dan dijawablah salam tersebut oleh Nabi Idris AS. Beliau
berkata: “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.”
Lantas Nabi Idris mendo’akan Kanjeng Nabi Muhammad dangan do’a yang luhur.
Kemudian Kanjeng Nabi dan Malikat
Jibril naik ke langit yang kelima. Jibril lalu minta izin untuk dibukakan
pintunya. Penjaga langit pun bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya
Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya
bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutuskah
kalian oleh Allah untuk datang ke tempat ini?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!”
Penjaga langit lantas berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga kalian
berdua dimuliakan Allah SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan para da’i
(wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Begitulah
semulia-mulianya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang
datang.
Setelah itu pintu langit pun dibuka.
Kemudian Kanjeng Nabi dan Malikat Jibril masuk, tiba-tiba mereka berdua
berjumpa dengan Nabi Harun AS yang rambut dan jenggotnya sebagian putih dan
sebagian hitam. Jenggot tersebut menjuntai ke bawah sepanjang pusar, sebab
sangat panjangnya. Nabi harun dikerumuni oleh kaum Bani Israil. Saat itu Nabi
Harun bercerita kepada kaum tersebut.
Kanjeng Nabi bersalam dan dijawab.
Lantas Nabi Harun berucap: “Selamat datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi
yang shalih!” Kemudian Nabi Harun mendo’akan Kanjeng Nabi dengan do’a yang
baik. Kanjeng Nabi bertanya kepada Malikat Jibril: “Siapakah dia ya Jibril?”
Jibril menjawab: “Dia adalah seorang lelaki yang sangat dicintai oleh kaumnya.
Namanya Nabi Harun bin Imran.”Selanjutnya Kanjeng Nabi dan Malaikat Jibril naik
lagi ke langit yang keenam. Jibril meminta izin agar dibukakan pintu langit
tersebut. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril menjawab: “Saya
Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril menjawab: “Saya
bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi: “Sudah diutus oleh
Allahkah kamu untuk datang ke mari?” Jibril Jawab: “ Ya! Sudah!” Penjaga pintu
langit lantas berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga kalian berdua
dimuliakan Allah SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan para da’i (wakil
dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT. Begitulah
semulia-mulianya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang yang
datang.
Kemudian pintu langit pun dibuka.
Setelah itu mereka berdua masuk. Lantas Kanjeng Nabi bertemu dengan beberapa
nabi yang saling diiringi oleh para kaumnya, namun hanya sedikit. Kanjeng Nabi
juga berjumpa dengan nabi-nabi yang kaumnya banyak. Dan bertemu dengan nabi-nabi
yang tidak berpengikut.
Kemudian Kanjeng Nabi berjumpa
dengan serombongan orang yang sangat banyak yang memenuhi segala penjuru
(segala arah). Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril
menjawab: “Mereka adalah Nabi Musa AS dan para pengikutnya. Namun saya harap
Baginda Rasul untuk mengangkat kepala.” Tiba-tiba Kanjeng Nabi melihat
serombongan orang yang juga berjumlah sangat banyak yang memenuhi segala
penjuru. Jibril berkata: “Mereka semua adalah umatmu wahai Baginda Rasul.”
Adapun selain iring-iringan tersebut, ada tujuh puluh ribu orang yang akan
masuk surga tanpa dihisab, (semoga kita masuk dalam golongan tersebut).Setelah
Kanjeng Nabi dan Malikat jibril masuk, tiba-tiba mereka berdua bertemu dengan
Nabi Musa AS bin Imran. Nabi Musa itu seorang lelaki yang berkulit putih
kemerah-merahan. Tinggi badannya seperti orang Syanuah. Banyak-tebal bulunya.
Apabila memakai baju rangkap dua, sungguh akan robek tertembus bulu tersebut.
Lantas Kanjeng Nabi bersalam, dan
salam tersebut dijawab oleh Nabi Musa AS. Kemudian Nabi Musa berucap: “Selamat
datang wahai saudaraku yang shalih dan nabi yang shalih.” Nabi Musa AS juga
berdo’a untuk Kanjeng Nabi dengan do’a yang luhur.
Nabi Musa berkata: “Semua orang
sama-sama berpikiran bahwa saya adalah orang termulia di hadapan Allah SWT dari
pada Muhammad. Namun sesungguhnya Muhammadlah yang lebih mulia di hadapan Allah
SWT dari pada saya.”
Ketika Kanjeng Nabi melewati Nabi musa AS, Nabi Musa menangis. Beliau ditanya oleh orang-orang banyak: “Ada apa kok menangis wahai Nabi Musa?” Nabi Musa menjawab: “Saya menangis sebab Muhammad diutus sesudah saya, namun umatnya sangat banyak yang masuk surga dari pada umat saya.”
Ketika Kanjeng Nabi melewati Nabi musa AS, Nabi Musa menangis. Beliau ditanya oleh orang-orang banyak: “Ada apa kok menangis wahai Nabi Musa?” Nabi Musa menjawab: “Saya menangis sebab Muhammad diutus sesudah saya, namun umatnya sangat banyak yang masuk surga dari pada umat saya.”
Kaum Bani Israil sama-sama
berpendapat bahwa sayalah yang paling mulia di antara seluruh keturunan Nabi
Adam AS di hadapan Allah, namun sesungguhnya Muhammadlah yang lahir sesudah
saya yang termulia. Sementara saya telah hidup di alam akhirat. Seumpama hanya
Muhammad sendirian, saya tidak apa-apa, namun ini berbeda, Muhammad
bersama-sama dengan umatnya, tentu saja saya menjadi iri dengannya.”
Lantas Kanjeng Nabi dan Malikat
Jibril naik kembali ke langit yang ketujuh. Jibril meminta izin agar dibukakan
pintu langit tersebut. Penjaga pintu langit bertanya: “Siapa itu?” Jibril
menjawab: “Saya Jibril!” Lantas ditanya kembali: “Bersama siapa kamu?” Jibril
menjawab: “Saya bersama Kanjeng Nabi Muhammad.” Dan ditanyalah sekali lagi:
“Sudah diutus oleh Allahkah kamu untuk datang ke mari?” Jibril Jawab: “ Ya!
Sudah!” Penjaga langit lantas berucap: “Silahkan masuk! Selamat datang! Semoga
kalian berdua dimuliakan Allah SWT, dimuliakan oleh saudara yang seiman dan
para da’i (wakil dari Allah) yang telah berkenan menyampaikan agama Allah SWT.
Begitulah semulia-mulianya saudara seiman, khalifah, dan sebagus-bagusnya orang
yang datang.”Kemudian pintu langit pun terbuka. Ketika keduanya telah masuk,
tiba-tiba mereka bejumpa dengan Nabi Ibrahim AS “Al-Kholil” yang duduk di
sebuah kursi yang terbuat dari emas di depan pintu surga. Beliau menyandarkan
punggungnya di Baitul Makmur. Saat itu Nabi Ibrahim sedang didampingi oleh
sekolompok kaumnya. Lantas Kanjeng Nabi berucap salam dan dijawablah salam tersebut
oleh Nabi Ibrahim AS.
Kemudian Nabi Ibrahim AS berkata:
“Selamat datang wahai anakku dan nabi yang shalih.” Lantas Nabi Ibrahim
berpesan: “Perintahkanlah kepada umatmu, agar memperbanyak tanaman dan
perhiasan surga, karena sesungguhnya tanah surga itu sangatlah bagus-subur dan
luas.” Kanjeng Nabi bertanya: “Apa tanaman surga tersebut?” Nabi Ibrahim AS
berkata: “ Yaitu: laa khaula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adhiim.”
Menurut salah satu riwayat
diterangkan bahwa: “Tolong sampaikan salam saya kepada umatmu dan ceritakanlah
bahwa surga itu tanahnya bagus-sangat subur, tawar dan segar airnya. Adapun
sesungguhnya tanaman surga tersebut adalah: subkhaanallah walkhamdulillah wa
laa ilaaha illallahu wallahu akbar.”
Orang-orang yang berada di sebelah
kiri dan kanan Nabi Ibrahim (kaumnya) semuanya duduk dalam satu kelompok.
Wajahnya putih-bening seperti kertas, sekelompok lain ada kotoran noda hitam
kulitnya. Lantas kaum yang terdapat kotoran dikulitnya sama-sama berdiri
kemudian masuk dan mandi di sebuah sungai. Selanjutnya sama-sama keluar sebab
telah bersih kotorannya. Setelah itu masuk dan mandi kembali di sebuah sungai yang
lain. Kemudian keluar dan telah bersih kotoran noda-noda hitamnya. Lantas masuk
dan mandi kembali sampai tiga kali di aungai yang lain lagi. Sesudah itu
sama-sama keluar sebab telah bersih seluruh kotoran noda hitamnya. Sehingga
kulit dan wajahnya putih-bening sama seperti teman-temannya yang lain. Lantas
semuanya sama-sama duduk berkumpul bersama teman-temannya yang berkulit dan
berwajah putih-bening tadi.
Kanjeng Nabi bertanya: “Wahai
Jibril, siapa kelompok orang-orang yang berkulit dan berwajah putih-bening
tersebut? Dan siapa golongan yang kulit dan wajahnya terdapat kotoran noda
hitam itu? Dan sungai apa yang dijadikan tempat mandi tadi?”Jibril menjawab:
“Kelompok orang-orang yang kulit dan wajahnya putih-bening itu adalah
orang-orang yang imannya tidak tercampur dengan dosa-maksiat. Sedangkan
sekelompok orang yang kulit dan wajahnya terdapat kotoran dan noda hitam adalah
orang-orang yang beramal shalih namun juga mengerjakan perbuatan dosa-maksiat,
lantas mereka sama-sama bertobat dan Allah SWT menerima tobatnya. Adapun sungai
tersebut adalah: yang pertama sungai Rahmatullah, yang kedua sungai
nikmatullah, dan yang ketiga adalah sungai saqaahum rabbahum
syaraabangthahuuraa, yang artinya: sungai tempat kalian semua dianugrahi
minum-minuman yang sangat segar dan bening juga bersih.”Dan dijelaskan oleh
Malikat Jibril: “Itulah tempatmu dan tempat umatmu ya Rasulullah!”
Di tempat tersebut tiba-tiba Kanjeng Nabi
berjumpa dengan umat beliau. Umat tersebut terbagi menjadi dua golongan.
Golongan yang pertama memakai pakaian putih seperti kertas, sedangkan golongan
yang kedua memakai pakaian kusam.
Kanjeng Nabi lantas masuk ke Baitul Makmur. Beliau masuk bersama-sama dengan golongan yang memakai pakaian putih. Dan golongan yang memakai pakaian kusam dilarang masuk mengikutinya. Kemudian Kanjeng Nabi mengerjakan shalat di Baitul Makmur bersama-sama dengan orang-orang mukmin.
Kanjeng Nabi lantas masuk ke Baitul Makmur. Beliau masuk bersama-sama dengan golongan yang memakai pakaian putih. Dan golongan yang memakai pakaian kusam dilarang masuk mengikutinya. Kemudian Kanjeng Nabi mengerjakan shalat di Baitul Makmur bersama-sama dengan orang-orang mukmin.
Di situ, Baitul Makmur tersebut
ternyata dalam setiap harinya dimasuki tujuh puluh ribu malaikat yang tidak
pernah kembali keluar lagi hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya Baitul Makmur
tersebut tegak lurus dengan Ka’bah. Seumpama sebuah batu di jatuhkan dari
Baitul Makmur, maka akan terjatuh tepat di Ka’bah. Apabila sudah masuk Baitul
Makmur maka tidak akan keluar lagi. Tepat di Baitul Mamur tersebut merupakan
akhir dari perjalanan para malaikat.
Dalam riwayat lain juga dijelaskan:
“Dalam Baitul Makmur itu, Kanjeng Nabi dihidangi tiga gelas minuman. Lantas
Kanjeng Nabi memilih dan mengambil gelas yang berisi susu. Tindakan Kanjeng
Nabi tersebut dibenarkan oleh Malaikat Jibril dengan ungkapan: Susu tersebut
merupakan tanda dari agama islam (fitrah) yang akan Baginda Rasul dan umat
Baginda Rasul peluk.”
Kemudian Kanjeng Nabi dibawah naik
lagi ke Sidrotul Muntaha. Di tempat itulah akhir dari semua amal manusia naik
dari bumi, lalu berhenti. Di Sidrotul Muntaha tersebut, takdir-takdir
diturunkan dari ketinggian dan berhenti.Sidrotul Muntaha adalah sebatang pohon
besar. Dari tunasnya mengalir beberapa sungai yang airnya sangat bening dan
tidak pernah berubah, baik bentuk maupun rasanya. Di situ juga mengalir sungai
susu yang tidak akan pernah berubah rasanya. Ada juga sungai arak yang sangat
segar menurut orang-orang yang meminum dan sungai madu yang sangat
bersih-bening.
Atap Sidratul Muntaha itu jika
ditelusuri seseorang yang naik kendaraan membutuhkan waktu tujuh puluh tahun,
namun belum juga sampai. Adapun buahnya Sidrotul Muntaha itu sebesar
kendi-kendi Tanah Hajar (sebuah desa yang dekat dengan Madinah). Sementara
daunnya selebar telinga gajah. Satu daun saja sudah mampu menutupi seluruh umat
yang ada.
Menurut salah satu riwayat
diterangkan: “Selembar daun tersebut dapat menutupi seluruh makhluk. Tiap-tiap
satu daun terdapat satu malaikat. Daun itu warnanya bermacam-macam yang tidak
dapat dimengerti warna apa saja itu. Ketika ada suatu perkara yang menutupinya,
sebab perintah Allah SWT, lantas berubalah menjadi Intan Baiduri, Yaqut, dan
Zabarjud.”Tidak ada seorang pun yang sanggup memberi sifat dan menggambarkan
keadaan Sidratul Muntaha. Dalam setiap daun terdapat belalang emas. Dari tunas
pohon Sidrotul Muntaha tersebut mengalir empat sungai yang masuk ke surga.
Adapun yang dua, mengalir keluar ke bumi (dua yang terlihat dan dua tidak
terlihat).
Kanjeng Nabi bertanya: “Sungai
apakah itu ya Jibril?” Jibril berkata: “Dua sungai yang tidak terlihat itu
mengalir ke dalam surga. Adapun dua sungai yang terlihat itu adalah sungai Nil
(Mesir) dan sungai Furat (Irak).”
Menurut salah satu riwayat
dijelaskan: “Di dalam Sidrotul Muntaha, Kanjeng Nabi sempat melihat Malaikat
Jibril memiliki enam ratus sayap (600). Tiap-tiap sayap tersebut sanggup
menutupi jagad raya. Dan dari tiap-tiap sayapnya Jibril itu bertaburan Intan
dan Yaqut. Dari mana asalnya tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT.”
Lalu Kanjeng Nabi berjalan
menelusuri tepi Telaga Kautsar hingga masuk ke dalam surga. Tiba-tiba Kanjeng
Nabi di dalam surga melihat beberpa hal yang tidak dapat terlihat oleh mata,
tidak dapat didengar telinga, dan tidak pernah terlintas di hati. Kanjeng Nabi
kemudian melihat sebuah tulisan di pintu surga: “Memberi shadaqah itu pahalanya
sepuluh kali lipat, dan memberi hutang orang yang membutuhkan itu pahalanya
delapan belas kali lipat.” Lantas Kanjeng Nabi pun bertanya: “Jibril, bagaimana
bisa orang yang memberi hutang itu lebih utama dari pada shadaqah?” Jibril
menjawab: “Sebab orang yang meminta-minta itu masih memiliki kelebihan sesuatu,
sedangkan orang hutang itu tidak akan berani hutang kecuali membutuhkan.”
Kanjeng Nabi kemudian berjalan-jalan
di surga. Tiba-tiba saja beliau berjumpa dengan sungai susu yang tidak akan
pernah berubah rasanya dan sungai khomer yang sangat lezat menurut orang-orang
yang minum. Dan sungai madu yang sangat bening. Di dalam surga bertaburan
rumah-rumahan kecil yang terbuat dari lu’lu’-mutiara dan beberapa buah delima
yang besarnya sebesar timba-timba
Menurut salah satu riwayat
diterangkan: “Di dalam surga terdapat buah delima yang besarnya sebesar kulit
unta yang ada muatannya dan burung-burung surga itu sebesar Unta Khurasan yang memiliki
dua punuk (punggung).”Shahabat Abu Bakr berkata: “Ya Rasulullah! Apakah
dagingnya nikmat?” Kanjeng Nabi berkata: “Saya pernah memakan daging burung
itu. Sungguh dagingnya benar-benar nikmat melebihi kenikmatan seluruh daging
yang pernah aku rasakan. Dan saya berharap kamu bisa makan daging burung
tersebut.” Lalu Kanjeng Nabi melihat Telaga Kautsar yang di dua tepinya
terdapat rumah-rumahan kecil yang terbuat dari mutiara yang dilubangi. Tanahnya
berbau harum seperti minyak misik.Lantas Kanjeng Nabi diperlihatkan batu dan
besi di neraka. Di situ tempat kemurkaan, kutukan, dan siksaan Allah SWT
Seumpama batu dan besi dilemparkan
ke dalam neraka, tentu akan hancur binasa dan meleleh. Di dalam neraka
tiba-tiba ada sekelompok orang/umat yang semuanya memakan bangkai.
Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa mereka
ya Jibril?” Jibril menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang pekerjaannya suka
memakan daging manusia (artinya: orang-orang yang gemar mengumpat).” Di situ,
Kanjeng Nabi melihat Malaikat Malik penjaga neraka. Wajahnya selalu terlihat
sadis dan memancarkan aura kemarahan yang sangat membara. Kanjeng Nabi
mengawali berucap salam kepada Malaikat Malik. Lalu pintu neraka ditutup untuk
menghormati Kanjeng Nabi.
Lantas Kanjeng Nabi dibawah naik ke
Sidrotul Muntaha. Kanjeng Nabi diselimuti kabut yang menyerupai mendung yang
warnanya beraneka ragam. Dan Jibril pun berhenti.Kanjeng Nabi lalu dibawa naik
ke Mustawa (sebuah tempat tinggi yang biasanya dijadikan sebagai tempat
peristirahatan). Di tempat tersebut, beliau terdengar gemricik kolam-kolam. Di
situ, beliau juga melihat seorang lelaki yang diliputi oleh Nurul ‘Arsy.
Kanjeng Nabi bertanya: “Siapa dia wahai Jibril? Apakah seorang Malaikat?”
Jibril menjawab: “Bukan!” Kanjeng Nabi bertanya lagi: “Apakah seorang nabi?”
Dijawabnya kembali: “Bukan!” Kanjeng Nabi bertanya sekali lagi: “Lantas
siapakah dia?” Dan dijawablah: “Dia adalah seorang lelaki yang semasa hidup di
dunia, lisannya selalu basah sebab dibuat dzikir kepada Allah SWT. Dan hatinya
selalu terikat erat (sambung-berpikir-berangan-angan) dengan masjid. Serta
tidak pernah memusuhi-tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya.”
Lantas Kanjeng Nabi menghadap Allah
SWT. Beliau lalu bersujud. Allah pun berkata kepada Kanjeng Nabi ketika beliau
sedang bersujud: “Wahai Muhammad!” Kanjeng Nabi menjawab: “Ya, ada apa wahai
Tuhanku?” Allah berucap: “Apa yang kamu kehendaki dari-Ku?” Kanjeng Nabi
berkata: “Sesungguhnya Engkau telah menjadikan Nabi Ibrahim AS sebagai
Kholilullah dan juga kerajaan yang agung. Engkau telah memberi petunjuk kepada
Nabi Musa AS. Dan menganugrahi Nabi Dawud AS kerajaan yang agung, meluluhkan
besi kepada Nabi Dawud AS, juga memberi kuasa Nabi Dawud untuk meguasai gunung.
Dan Engkau telah memberikan kepada Nabi Sulaiman kerajaan yang agung, dapat
menguasai jin, manusia, syetan, dan angin. Engkau juga telah menganugrahkan
sebuah kerajaan yang tidak pernah diberikan setelah Nabi Sulaiman. Engkau juga
mengajari Nabi Isa AS kitab Taurat dan Injil, juga memberikan kemampuan dapat
menyembuhkan orang buta, bisu, dan belang (kulitnya putih), dan dapat
menghidupkan orang mati dengan seizin-Mu. Engkau telah menjaga sekaligus
melindungi Nabi Isa AS serta ibunya dari godaan syetan yang terkutuk, hingga
tidak ada yang berani menggoda keduanya lagi.”
Lalu Allah SWT berkata: “Sungguh
telah Kujadikan engakau Muhammad sebagai kekasih-Ku. Rowi Hadits menjelaskan:
“Ucapan Allah tersebut sebenarnya telah ditulis di dalam kitab Taurat, bahwa
Kanjeng Nabi Muhammad adalah kekasih Allah dan Allah pun telah mengutusnya
untuk seluruh umat manusia dengan memberi kebahagiaan surga bagi orang yang
berkenan mengikutinya, dan menakut-nakuti dengan neraka bagi orang yang
mendurhakainya. Dan Allah telah membuka serta melapangkan dada juga hati
Muhammad SAW. Mengampuni seluruh dosanya, dan Allah telah mengangkat derajatnya
hingga tidak akan disebut nama Allah kecuali bersamaan dengan Nama Muhammad.
Allah telah menjadikan umat Muhammad sebagai umat yang terbagus dari seluruh
umat yang ada dan dilahirkan untuk manusia. Dan Allah telah menjadikan umat
Muhammad sebagai umat yang awal diciptakan dan yang terakhir dilahirkan.
“Dan telah Ku tetapkan kepada
umatmu, Muhammad, tidak memiliki kewenangan dalam menasehati sesamanya, kecuali
telah berucap dan bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba-Ku dan utusan-Ku. Dan
Aku telah menjadikan umatmu, Muhammad, sebagai satu-satunya umat yang hatinya
menjadi tempat menerima ilmu dan hikmah.”
“Dan telah Kujadikan engkau sebagai
permulaan para nabi dalam setiap kejadiannya dan yang akhir dari seluruh para
nabi berdasarkan pengutusannya. Dan telah Kujadikan engkau sebagai orang yang
pertama dihisab, dan telah Aku anugrahkan kepadamu surat Al-Fatihah (tujuh ayat
yang diulang-ulang sampai berkali-kali pembacaannya) yang tidak Aku berikan
kepada nabi sebelum kamu.”
“Dan telah Kuberikan kepadamu,
beberapa akhir dari surat Al-Baqarah, dari perbendaharaannya di bawah ‘Arasy
yang tidak pernah aku berikan kepada nabi sebelum kamu.Dan engkau telah Aku
anugrahi Al-Kautsar (telaga Kautsar). Saya juga telah memberimu delapan keutamaan:
……….…… Islam, hijrah, kebenaran, puasa Ramadlan,amar ma’ruf, dan nahi munkar.”
“Dan sesungguhnya Aku mulai hari ini
telah memberi mandat kepada seisi langit dan bumi. Telah Kuwajibkan kepadamu
dan kepada umatmu untuk mengerjakan shalat lima puluh kali. Maka kerjakanlah
shalat tersebut.”Dan dalam salah satu riwayat dijelaskan: “Rasulullah Muhammad
dianugrahi shalat lima puluh waktu, beberapa ayat terakhir dari surat
Al-Baqarah, dan Allah telah mengampuni dosa-dosa umat Muhammad, kecuali dosa
musyrik (menyekutukan Allah) dari umat Muhammad dengan sesuatu hal yang
bersifat merusak keimanan.”
Lantas
tersibaklah kabut yang menyilaukan yang berasal dari nur Kanjeng Nabi Muhammad.
Kemudian Jibril memegang erat-erat tangan Kanjeng Nabi. Lalu cepat-cepat mengundurkan
diri.Setelah itu, Kanjeng Nabi mendatangi Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim tidak
berkata apa-apa. Kemudian Kanjeng Nabi mendatangi Nabi Musa AS. Nabi Musa AS berkata:
“Aku adalah sebagus-bagusnya teman bagimu.”Nabi Musa AS bertanya: “Ada
keperluan apa engkau ya Muhammad? Apa yang telah diwajibkan Allah kepadamu dan
kepada umatmu?” Kanjeng Nabi menjawab: “Allah telah mewajibkan kepadaku dan
kepada umatku untuk mengerjakan shalat lima puluh waktu dalam sehari semalam.”
Nabi Musa AS berkata: “Berkenanlah
kiranya engkau untuk kembali ke hadapan Allah dan memintalah keringanan untuk
dirimu dan umatmu. Sebab sesungguhnya umatmu tidak akan kuat mengerjakannya.
Sungguh, saya telah mencobanya kepada orang-orang sebelum kamu dari kaum Bani
Israil. Dan perintah tersebut lebih ringan dari pada perintah yang telah
diwajibkan kepadamu dan kepada umatmu itu. Pagi dua rakaat, sore dua rakaat,
namun umatku masih saja sulit dan tidak sanggup mengerjakannya. Mereka semua
sama-sama meninggalkannya.Sementara umatmu, lebih ringkih jasadnya, badannya,
hatinya, penglihatannya, dan pendengarannya.”Lalu Kanjeng Nabi menoleh ke arah
malaikat Jibril, meminta pertimbangan. Jibril menganggukkan kepala, sebagai
tanda mempersilahkan. Kanjeng Nabi lantas lekas-lekas kembali.
Hingga tiba di Syajaroh Sidrotil
Muntaha. Kanjeng Nabi kemudian diselimuti mendung. Kanjeng Nabi sujud dan
berkata: “Duh Tuhanku, semoga engkau berkenan memberi keringanan kepada umatku
sebab umatku adalah seringkih-ringkihnya umat.” Allah SWT berkata: “Aku kurangi
lima untuk umatmu.”
Lantas tersingkaplah kabut mendung.
Kanjeng Nabi kembali datang menghadap Nabi Musa AS, dan berkata: “Allah telah
mengurangi lima untukku.” Kemudian Nabi Musa AS berkata: “Berkenanlah untuk
kembali mengahadap Tuhanmu dan mintalah keringanan sekali lagi. Karena
sesungguhnya umatmu masih tidak mampu untuk mengerjakannya.”
Selanjutnya Kanjeng Nabi bolak-balik
dengan tiada henti-hentinya di antara Nabi Musa AS dan Allah SWT. Allah
memberikan keringanan lima-lima kepada Kanjeng Nabi hingga shalat lima puluh
waktu tersebut hanya tinggal lima waktu saja. Allah pun berkata kepada Kanjeng
Nabi: “Wahai Muhammad!” Kanjeng Nabi menjawab: “Aku sambut panggilan-Mu ya
Allah!” Allah berkata: “Shalat itu kerjakanlah dalam waktu sehari-semalam. Adapun
pahalanya setiap satu kali shalat adalah sepuluh kali lipat. Jadi, lima kali
shalatan itu sama halnya dengan pahala lima puluh kali shalat.Oleh sebab itu,
apa yang telah aku katakan, tidak akan pernah bisa diganti maupun dihapus, dan
itu telah menjadi ketetapanku. Dan siapa saja yang dengan sengaja berniat untuk
melakukan kebajikan, namun tidak bisa melaksanakan (sebab ada sesuatu udzur
syara’) maka ditulis satu kebaikan, namun jika dapat mengerjakannya, maka
ditulis sepuluh kebagusan.Barang siapa yang berniat maksiat, lantas tidak jadi
dikerjakannya, maka tidak akan ditulis apa-apa. Apa bila jadi mengerjakan
maksiat tersebut, maka ditulislah satu maksiat.”Setelah itu tersingkaplah
mendung yang menutupi Kanjeng Nabi dan beliau pun akhirnya turun hingga sampai
pada Nabi Musa AS kembali lantas Kanjeng Nabi memberi khabar padanya. Lantas
Nabi Musa AS berkata:: “Berkenanlah kiranya kamu ya Muhammad untuk kembali lagi
ke hadapan Allah, Tuhanmu untuk meminta keringanan. Sesungguhnya umatmu masih
belum sanggup untuk mengerjakannya.” Kanjeng Nabi menjawab: “Saya sudah
bolak-balik ke hadapan Allah SWT hingga saya merasa malu. Sekarang saya telah
ridla dan pasrah/ikhlas menerimanya.”Tidak lama kemudian, terdengarlah seruan:
“Sungguh aku telah mewajibkan akan sebuah kewajiban dan telah memberikan suatu
keringanan kepada hamba-Ku.” Setelah terdengar seruan itu, Nabi Musa AS lalu
berkata: “Silahkan, saya persilahkan kamu wahai Muhammad untuk turun sambil
menyebut nama Allah SWT.”Kemudian Kanjeng Nabi turun. Dan beliau tidak
mendahului rombongan para malaikat. Kecuali mereka semua saling berkata:
“Berkenanlah kamu ya Rasulullah untuk membiasakan canduk (mengeluarkan darah
kotor dari kepala).”
Dalam satu riwayat diterangkan: “Berkenanlah kamu kiranya ya Muhammad untuk memerintahkan kepada umatmu agar membiasakan canduk.” Lalu Kanjeng Nabi turun.
Kanjeng Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril: “Saya tidak menemukan penghuni langit, kecuali sama-sama menyambut kehadiranku dengan sambutan riang gembira. Dan semuanya sama-sama tersenyum manis untukku. Kecuali seorang malaikat. Saya mengucap salam kepadanya. Dia juga menjawab salam saya dan menyambut saya dengan penuh kebahagiaan. Dia juga mendoakan saya, namun dia tidak menunjukkan raut wajah yang menggembirakan kepadaku.”
Dalam satu riwayat diterangkan: “Berkenanlah kamu kiranya ya Muhammad untuk memerintahkan kepada umatmu agar membiasakan canduk.” Lalu Kanjeng Nabi turun.
Kanjeng Nabi bertanya kepada Malaikat Jibril: “Saya tidak menemukan penghuni langit, kecuali sama-sama menyambut kehadiranku dengan sambutan riang gembira. Dan semuanya sama-sama tersenyum manis untukku. Kecuali seorang malaikat. Saya mengucap salam kepadanya. Dia juga menjawab salam saya dan menyambut saya dengan penuh kebahagiaan. Dia juga mendoakan saya, namun dia tidak menunjukkan raut wajah yang menggembirakan kepadaku.”
Jibril menjelaskan: “Seorang Malikat
tersebut adalah Malaikat Malik penjaga neraka. Dia tidak pernah menunjukkan
raut wajah yang menggembirakan semenjak diciptakan. Seumpama Malikat Malik
ingin menunjukkan raut wajah yang menggembirakan kepada orang lain, tentu saja
hanya kepadamu seorang ya Rasul.”
Ketika Kanjeng Nabi turun ke langit
dunia, beliau melihat ke bawah. Tiba-tiba beliau melihat debu yang tebal dan
smendengar suara yang menggemuruh. Lalu Kanjeng Nabi bertanya: “Apa itu ya
Jibril?” Jibril menjawab: “Itu adalah perbuatan syetan yang berusaha untuk
menghalang-halangi manusia agar manusia tersebut tidak mampu memikirkan
keagungan Allah SWT baik di langit maupun di bumi. Seumpama syetan tidak
menggaggu dan tidak menghalang-halangi, sudah dapat dipastikan bahwa, semua
manusia akan mampu melihat keajaiban-keajaiban Allah SWT.”
Kanjeng Nabi lalu naik Buroq. Beliau
kemudian melihat unta-unta orang Quraisy berhamburan di sana-sini. Dan di dalam
rombongan unta-unta tersebut, ada satu unta yang membawa dua muatan. Satu
muatan berwarna hitam dan satu muatan berwarna putih.Ketika Kanjeng Nabi
mendekati unta-unta tersebuat, unta-unta itu semuanya saling berontak lari dan
berputar-putar lalu terjatuh hingga ada yang patah kakinya.Kanjeng Nabi lantas
mendahului iring-iringan orang yang mengendarai unta-unta yang lain. Di antara
metreka ada yang kehilangan untanya. Seluruh unta dikumpulkan dan dicarilah
unta yang hilang tersebut oleh orang banyak yang berasal dari Bani Fulan. Lalu Kanjeng
Nabi bersalam kepada orang berunta tersebut. Dan berkatalah sebagian orang dari
rombongan tadi: “Ini suaranya Muhammad!”Setelah semua itu, Kanjeng Nabi tiba di
tempat shohabat-shohabatnya menjelang waktu subuh di Makkah. Ketika sudah
subuh, beliau terlihat mengeluh-sedih dan mengerti jika sesungguhnya
orang-orang akan sama-sama mendustakannya. Kanjeng nabi lantas duduk bersandar
dan bersedih hati.Tidak lama kemudian muncullah musuh Allah SWT yaitu Abu
Jahal. Abu Jahal pun mendatangi Kanjeng Nabi dan ikut duduk bersama beliau. Abu
Jahal bertanya kepada Kanjeng Nabi seperti orang yang mengejek: “Apakah ada
berita yang ajaib Muhammad?” Kanjeng Nabi menjawab: “Iya, ada!” Abu Jahal
bertanya kembali: “Berita apakah itu?” Kanjeng Nabi menjawabnya: “Tadi malam
saya di-Isra’kan.” Abu Jahal bertanya lagi: “Kemanakah Isra’mu?” Kanjeng Nabi
menjawab: “Ke Baitul Maqdis.”Abu Jahal bertanya: “Sepagi inikah kamu sudah
hadir di tengah-tengah kita semua?” Kanjeng Nabi menjawab: “Ya!” Abu Jahal
tidak memperlihatkan kedustaanya kepada Kanjeng Nabi. Abu Jahal hawatir jika
Kanjeng Nabi akan berpaling dari ucapannya sehingga Abu Jahal pun memanggilkan
para kaum beliau.
Abu
Jahal bertanya: “Wahai Muhammad! Bagimana pendapatmu jika aku undang kaummu?
Apakah kamu berkenan untuk menceritakan kepada para kaummu apa yang telah kau
ceritakan kepadaku?” Kanjeng Nabi berkata: “Ya, saya mau!”Lalu Abu jahal
mengundang dan mengumumkannya: “Wahai kaum keturunan Bani Ka’ab bin Lu’ayin,
datanglah kemari kalian semuanya!” Lantas datanglah mereka semua untuk
menghadiri majelis tersebut. Orang-orang banyak yang berdatangan serta duduk di
depan kursinya Kanjeng Nabi dan Abu Jahal. Abu Jahal pun berkata: “Wahai
Muhammad! Berceritalah kamu kepada kaummu, tentang apa yang telah kau ceritakan
kepadaku!”Kemudian Rasulullah SAW pun bercerita: “Sesungguhnya saya tadi malam
telah di-Isra’kan.” Orang banyak sama-sama bertanya: “Ke mana?” Baginda Rasul
Menjawab: “Ke Baitul Maqdis.” Orang-orang pun bertanya kembali: “Apa sepagi
inikah kamu telah datang di tengah-tengah kita semua?” Baginda Rasul menjawab:
”Ya, benar!”Mendengar cerita
Rasulullah tersebut, kaum menjadi
gaduh. Ada yang bertepuk tangan. Ada yang meletakkan tangannya di kepalanya
sebab kagum. Suasana kaum menjadi gaduh. Kaum menganggapnya aneh dan sebuah
peristiwa besar. Lantas Mut’im bin Adi berkata: “Wahai Muhammad! Semua ceritamu
sebelumnya hanya biasa-biasa saja dan ringan, kecuali ceritamu pada hari ini.Saya
bersaksi: bahwa sesungguhnya kamu itu bohong dan seorang pembohong. Kita/saya
bepergian ke Baitul Maqdis dengan mengendarai unta itu membutuhkan rentang
waktu satu bulan. Apa mungkin kamu dapat sampai di Baitul Maqdis dalam rentang
waktu hanya semalam? Demi Latta dan Uzza, saya tidak percaya!”
Shohabat Abu Bakar berkata: “Wahai Mut’im! Sungguh hina ucapanmu kepada putra saudaramu sendiri. Kamu telah membuat malu dan mendustakan keponakanmu sendiri. Sementara itu, saya bersaksi bahwa Kanjeng Nabi Muhammad itu orang yang benar (saya percaya)!”
Shohabat Abu Bakar berkata: “Wahai Mut’im! Sungguh hina ucapanmu kepada putra saudaramu sendiri. Kamu telah membuat malu dan mendustakan keponakanmu sendiri. Sementara itu, saya bersaksi bahwa Kanjeng Nabi Muhammad itu orang yang benar (saya percaya)!”
Orang-orang saling bertanya: “Wahai
Muhammad! Cobalah kau sifati-jelaskanlah kepada kita semua tentang Baitul
Maqdis. Seperti apa bangunannya? Seperti apa bentuknya? Dan berapa
jarak-jauhnya dengan gunung? Sementara di dalam kumpulan kaum ini sudah ada
salah seorang yang pernah pergi ke Baitul Maqdis.” Lalu Kanjeng Nabi menyifati
Baitul Maqdis dengan jelas kepada kaumnya. Bagunannya, bentuknya, dan
jarak-jauhnya dengan gunung. Beliau menyifati dan menggambarkan semua keadaan
Baitul Maqdis secara jelas kepada kaumnya. Hanya ada satu hal yang tidak beliau
jelaskan yaitu tentang jumlah pintunya. Sebab itulah, hati Kanjeng Nabi pun
menjadi sedih. Belia tidak pernah merasakan kesedihan hati seperti saat itu.Tiba-tiba
beliau pun didatangkan gambar Masjid Baitul Maqdis yang terletak di dekat rumah
Akil bin Abi Tholib. Kaum Quraisy lalu saling bertanya: “Berapa banyakkah
jumlah pintu Baitul Maqdis?” padahal Kanjeng Nabi belum pernah menghitungnya.
Kemudian beliau melihat dan mengamati gambar
masjid serta menghitung jumlah pintunya dengan jelas. Lalu Kanjeng Nabi pun
menjawab dan memberitahukannya kepada mereka semua. Dengan sepontan Shohabat
Abu Bakar berkata: “Benar kamu ya Rasulullah. Kamu memang benar! Saya bersaksi
bahwa engkaulah utusan Allah SWT.”Kaum Quraisy saling berkata kepada Abu Bakar:
“Berkaitan dengan sifat-sifat masjid, demi Allah Muhammad memang benar. Namun
apakah engkau juga membenarkan jika Muhammad telah bepergian dalam kurun waktu
semalam ke Baitul Maqdis? Dan telah tiba kembali di tempat ini sebelum subuh?”
Abu Bakr menjawab: “Ya, justru itu, sesungguhnya saya sangat membenarkannya.
Saya juga percaya mengenai cerita Kanjeng Nabi yang naik ke langit (Mi’raj)
dalam kurun waktu sepagi atau sesore.” Sebab itulah
Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq
(orang yang cepat percaya).Lantas kaum Quraisy bertanya kepada Kanjeng Nabi:
“Wahai Muhammad! Coba kamu ceritakan tentang rombongan unta-unta kita (yang
sekarang baru bepergian ke Baitul Maqdis).” Kanjeng Nabi berkata: “Saya bertemu
rombongan unta Bani Fulan di Rukhaa yang kehilangan untanya dan mereka semua
saling mencarinya. Kemudian saya singgah sejenak, tapi saya tidak bertemu
dengan siapa-siapa. Tiba-tiba di tempat itu, saya menemukan semangkuk air. Air
itu lalu saya minum.Kemudian saya juga bertemu dengan rombongan unta-unta Bani
Fulan di sana-sini. Dan di tempat itu ada unta merah yang ada muatannya karug
hitam dan karung putih. Ketika saya melewatinya, rombongan unta-unta itu
sama-sama terkejut dan saling berlarian membuyarkan diri.Lalu saya bertemu
iring-iringan rombongan orang-orang yang naik unta dari Bani Fulan di Tan’im.
Unta yang terdepan berwarna kelabu yang
bergaris hitam. Unta tersebut membawa dua karung. Rombongan untan-unta tersebut
sebentar lagi akan tiba di sini.”Kaum Quraisy bertanya: “Kira-kira kapan
rombongan unta-unta itu akan tiba?” Kanjeng Nabi menjawab: “Hari Rabu!” Ketika
hari Rabu telah tiba, kaum Quraisy sama-sama menjemput dan menunggu
kedatangannya. Tidak disangka, hari Rabu pun hampir berselang, rombongan
unta-unta belum juga tiba. Kanjeng Nabi lalu berdo’a-meminta kepada Allah SWT
agar hari itu di tambah satu jam lagi dan matahari ditahan berhenti hingga iring-iringan
unta-unta itu tiba.Lantas kaum Quraisy sama-sama menjemput rombongan unta-unta
itu dan saling bertanya: “Apakah kalian kehilangan unta?” Rombongan tersebut
menjawab: “Iya, benar!” Perowi hadits menceritakan: “Kaum Quraisy saling
bertanya kepada rombongan unta-unta yang lain. Apa unta kalian yang berwarna
merah kakinya patah?” Mereka menjawabnya: “Iya, benar!” Kaum Quraisy bertanya
lagi: “Apakah di antara kalian ada yang memiliki semangkuk air?” Ada salah
seorang yang menjawab: “Saya bersumpah demi Allah, saya meletakkan semangkuk
air. Tidak ada seorang pun yang mengaku meminum air itu dan juga tidaklah
tumpah air itu ke tanah, namun airnya habis dengan sendirinya.”Pada Akhirnya
kaum Quraisy sama-sama menuduh kepada Kanjeng Nabi dan berucap: “Benar, apa
kata Al-Walid!” Sebab peristiwa tersebut, Allah pun menurunkan ayat: “Dan Aku
(Allah) tidak menciptakan ar-ru’ya (penglihatan dan pengetahuan yang telah
Kuperlihatkan ketika Isra’-Mi’raj), kecuali hanya menjadi fitnah-ujian bagi
manusia.”Berakhirlah kisah perjalanan Isra’-Mi’raj rasulullah Muhammad SAW.
Segala puji bagi Allah atas segala pertolongan-Nya.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
salam-Nya kepada Nabiullah Muhammad, keluarga, dan kepada para
shahabat-shahabat beliau dengan Rahmat dan Salam yang melimpah-ruah. Dan segala
puji tersebut, hanyalah milik Allah, Tuhan sekalian Alam, amin…Inilah sedikit
sumbangan saya dalam menterjemah kitab DARDIR, dengan harapan semoga tulisan
ini bermanfa’at bagi diri saya dan umumnya kepada semua pembaca.. tidak ada
kebenaran hanyalah kebenaran datangnya dari Allah Swt. Maka dari itu jika
pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan dalam penulisan terjemah kitab dardir
ini saya mohon ma’af dan mohon dibenarkan. Semoga
dengan keikhlasan hanya mengharap Ridha Allah semata tulisan ini menjadi amal
baik yang diterima oleh Allah Swt Amin….!!!
Komentar
Posting Komentar